Kalau sedang sakit seperti ini,aku selalu ingat seorang teman cyberku dari India dulu. Dia sakit lama..menghabiskan sebagian besar waktunya di tempat tidur, berhubungan dengan dunia luar melalui internet.
Kami berkenalan melalui email ketika aku sedang giat2nya discuss tentang Gandhi dalam satu forum cyber. Mulanya aku tak tahu kalau dia sakit berat,tapi setelah tahu dari kawan2 forum,aku jadi terbiasa mengontaknya hampir setiap tiga hari sekali dengan tujuan mensupport semangat hidupnya.
Bahasa Inggrisnya patah2 dengan logat India yg kental,tapi dia banyak tertawa jika berbincang.
Tak kentara jika sebetulnya dia menderita karena penyakitnya. Pun tak banyak yg tahu kalau sebetulnya dia sudah yatim piatu sejak kecil .
Yang membuatku kagum,dia giat mensupport orang2 yg juga menderita penyakit berat melalui tulisan2/artikel2nya yg banyak dipengaruhi filosofi Gandhi. Sering dia berujar kepadaku "Aku mensupport banyak orang itu sebenarnya untuk menyadarkan diriku sendiri,bahwa masih banyak orang lain yg juga sepertiku. Itu membuatku makin percaya bahwa aku tidak pernah sendirian dan tidak berbeda dengan orang lain.."
Seminggu sebelum meninggal, dia masih menulis artikel2.
Pada tanggal 16 Oktober 2007 dia tak nampak di forum,namun dia masih sempat menulis sepucuk email kepada seorang kawan dari New Zealand, yang isinya "Aku bahagia melihat burung2 terbang tinggi di langit yg sangat cerah,tapi tubuhku sangat rapuh dan tidak kuat lagi menahan tarikan angin yg akan membawaku pergi jauh.."
Tanggal 17 Oktober 2007 aku mencoba mengontaknya,namun tidak berhasil.
Tanggal 18 Oktober 2007 ternyata ia berpulang, di tempat tidurnya.
Agak sedih mendengar kabar itu,namun aku merasa sangat beruntung pernah mengenal dan menjalin komunikasi dengannya.
Hingga sekarang,jika aku sakit,aku selalu terkenang dengan semangat hidupnya dulu, semangat yg layak ditiru siapapun di belahan dunia manapun.
Angin benar2 telah membawanya pergi.
Seperti penuturannya di saat2 terakhir...
** dedicated to Jenna
Tampilkan postingan dengan label humaniora. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label humaniora. Tampilkan semua postingan
Selasa, Oktober 27, 2009
Jumat, Oktober 02, 2009
G30S
[Gempa 30 September,Sumatra Barat]
Belum sempurna sembuhnya jahitan di lutut kakiku, tapi aku ingin segera terbang ke sana..
Aku tak kuasa hanya memandangi dari layar kaca,
Tangan2 kecil yg menjuntai bersimbah darah..
Bertumpuk2 ditimpa reruntuhan bangunan yg roboh..
Aku hanya membayangkan aroma ketakutan yang sangat, jeritan yang memilukan,rintihan yang menyedihkan,tangisan yang mengharukan,seruan terakhir yang menyayat dan kandas ditelan rinai hujan : "Ayaaahhh..! Ibuuuuu !.."
Disini kakakmu, dik..
aku ingin terbang kesana..
Belum sempurna sembuhnya jahitan di lutut kakiku, tapi aku ingin segera terbang ke sana..
Aku tak kuasa hanya memandangi dari layar kaca,
Tangan2 kecil yg menjuntai bersimbah darah..
Bertumpuk2 ditimpa reruntuhan bangunan yg roboh..
Aku hanya membayangkan aroma ketakutan yang sangat, jeritan yang memilukan,rintihan yang menyedihkan,tangisan yang mengharukan,seruan terakhir yang menyayat dan kandas ditelan rinai hujan : "Ayaaahhh..! Ibuuuuu !.."
Disini kakakmu, dik..
aku ingin terbang kesana..
tags
humaniora
Kamis, Agustus 13, 2009
Aku Melihatnya dari Kejauhan..
Suara sirine ambulans ditelan deru kendaraan yg padat lalu lalang di jalanan.
Ia menunduk,jemarinya memilin2 ujung kerudung yg dikenakan. Tatap matanya menerawang jauh,berkabut dialiri titik air mata yg berjatuhan..
Sedemikian lemasnya hingga tak kuasa memijakkan kaki untuk berjalan. Padahal seruan demi seruan menyeruak diam2 dari kedalaman hati yg berselimut kesedihan,kegundahan,dan sejuta pertanyaan.. ; Mengapa.. Bagaimana bisa.. Benarkah.. Diakah.. ?
Aku melihatnya dari kejauhan,
dalam gelisah hati yg demikian kuat..
Ingin merengkuhnya,
membisikkan kata yg menguatkan,
atau memeluk bahunya,
sekedar memberinya harapan,
tapi aku hanya sanggup..
melihatnya dari kejauhan..
saja..
**kepada Ny.Sucihani, janda almarhum Ibrohim,teroris Temanggung..**
Ia menunduk,jemarinya memilin2 ujung kerudung yg dikenakan. Tatap matanya menerawang jauh,berkabut dialiri titik air mata yg berjatuhan..
Sedemikian lemasnya hingga tak kuasa memijakkan kaki untuk berjalan. Padahal seruan demi seruan menyeruak diam2 dari kedalaman hati yg berselimut kesedihan,kegundahan,dan sejuta pertanyaan.. ; Mengapa.. Bagaimana bisa.. Benarkah.. Diakah.. ?
Aku melihatnya dari kejauhan,
dalam gelisah hati yg demikian kuat..
Ingin merengkuhnya,
membisikkan kata yg menguatkan,
atau memeluk bahunya,
sekedar memberinya harapan,
tapi aku hanya sanggup..
melihatnya dari kejauhan..
saja..
**kepada Ny.Sucihani, janda almarhum Ibrohim,teroris Temanggung..**
tags
humaniora
Senin, Agustus 03, 2009
Martir di Sunyi Pagi
Kaulah syuhada bagi jiwamu sendiri,jiwa yg kerdil,kosong dan mati..
Darah yg tertumpah adalah anggur yg memabukkanmu,
tanpa pernah kau tahu,apakah itu baik bagimu..
Ketika rohmu beranjak meninggi,
pernahkah kau sadari :
sepasang mata menatap nanar,
dlm tangis yg terkubur di balik sedu sedan dan ucap yg terlontar dr bibir yg bergetar,
"Anakku,
sejauh apa kau cari surga itu ?
Sedangkan 'ia' tepat berada di telapak kakiku........."
** sudah sejak peristiwa Bom Bali,aku selalu menangis setiap kali menyaksikan ibunda para pelaku bom yg kehabisan kata2 untuk mengungkap kegundahan hati..
Aku hanya membayangkan bahwa dosa sang anak harus ditanggung olehnya dlm menjalani sisa hidup yg sudah menjelang senja : disorot kamera televisi tanpa blurring,dikucilkan tetangga,dituding sbg orangtua yg melahirkan pendosa,... Sedangkan ia sendiri tidak pernah tahu mengapa takdir itu digariskan kepadanya ; Ia tak pernah menginginkan anaknya menjadi teroris. Juga kita,kamu,dan aku.. Tak ada yg menginginkan takdir itu.
Lantas mengapa ia yg harus menanggung semuanya ?...
Salam takzim untuk para ibunda yg tegar,
dari lubuk hatiku yg paling dalam,
Winny Muthia **
[katakanlah anaknya bersalah,katakanlah anaknya jahanam,namun mengapa orangtua yg tak tahu apa2,harus ditampilkan full face di televisi dan suratkabar ?
Nuraniku berkata, "rangkullah ia" ]
..........
Darah yg tertumpah adalah anggur yg memabukkanmu,
tanpa pernah kau tahu,apakah itu baik bagimu..
Ketika rohmu beranjak meninggi,
pernahkah kau sadari :
sepasang mata menatap nanar,
dlm tangis yg terkubur di balik sedu sedan dan ucap yg terlontar dr bibir yg bergetar,
"Anakku,
sejauh apa kau cari surga itu ?
Sedangkan 'ia' tepat berada di telapak kakiku........."
** sudah sejak peristiwa Bom Bali,aku selalu menangis setiap kali menyaksikan ibunda para pelaku bom yg kehabisan kata2 untuk mengungkap kegundahan hati..
Aku hanya membayangkan bahwa dosa sang anak harus ditanggung olehnya dlm menjalani sisa hidup yg sudah menjelang senja : disorot kamera televisi tanpa blurring,dikucilkan tetangga,dituding sbg orangtua yg melahirkan pendosa,... Sedangkan ia sendiri tidak pernah tahu mengapa takdir itu digariskan kepadanya ; Ia tak pernah menginginkan anaknya menjadi teroris. Juga kita,kamu,dan aku.. Tak ada yg menginginkan takdir itu.
Lantas mengapa ia yg harus menanggung semuanya ?...
Salam takzim untuk para ibunda yg tegar,
dari lubuk hatiku yg paling dalam,
Winny Muthia **
[katakanlah anaknya bersalah,katakanlah anaknya jahanam,namun mengapa orangtua yg tak tahu apa2,harus ditampilkan full face di televisi dan suratkabar ?
Nuraniku berkata, "rangkullah ia" ]
..........
tags
humaniora
Selasa, April 28, 2009
Perempuan Indonesia di Lintas Batas -part 2-
Kedatanganku kembali ke Malaysia selain untuk urusan usaha songkok kakekku, juga karena aku berhasil mendapatkan kesempatan beasiswa program diploma di UTAR [Universitas Tunku Abdul Rahman] untuk jurusan Social Psychology - Public Relations di Faculty of Arts and Social Science.
Cita2ku sejak kecil memang ingin besar di Malaysia, selain karena ingin meneruskan pendidikan yg sejak elementary sudah ditempa di Malaysia, juga karena jarak Malaysia-Singapura sangat dekat, untuk menjalani program intensif penyembuhan sakitku di National University Hospital Singapore.
Alhamdulillah dengan info2 yg kudapat dari hubungan dekatku dengan staff2 Konjen RI disana, aku berhasil menembus juga program beasiswa di UTAR.
Dari Indonesia hanya ada dua orang, yaitu aku dan Sarwendi KS dari Jakarta, yg mendapat beasiswa di bidang sudy Teknik Informatika.
Karena program berlangsung mulai 8 Januari 2008, selama 4 bulan {Sept-Des 07]aku harus menjalani semacam program persamaan, yaitu fokus ke bimbingan Bahasa Inggris dan Mandarin, 4 kali dalam seminggu.
Dengan sendirinya maka aku masih mempunyai waktu luang yang lumayan banyak.
Aku kost di 373 Jl.6/7 Petaling Jaya, dan di akhir minggu aku tinggal di Johor Bahru, di rumah milik kakekku yg cuma didiami sekali2 jika ada anggota keluarga datang dari Bandung untuk mengecek usaha di Air Hitam.
Persahabatnku dengan Emi tetap terjalin manis.
Ketika baru tiba dari Indonesia, aku membawa dua lusin jeans buatan Bandung, yg dengan bantuan Emi, dijual ke teman2 asramanya.Jeans itu laku keras dgn keuntungan dua kali lipat.. wahahaha..
Aku berpikir, jika aku ambil lagi barang dari Bandung, tentu akan berat di ongkos.Jadi atas saran papah via telepon waktu itu, aku coba pergi ke Klang [2 jam dari Kulai], dgn naik kereta api.
Klang memang pusat jeans juga, harganya cukup murah walau modelnya masih kalah jauh dari jeans Bandung. Tapi dari sana juga aku bisa dapatkan Tshirt2 Converse yg lucu2,juga tas2 Adidas buatan Kelantan.
Jadi sambil berjalan2 dan main, akupun membeli 1 lusin jeans, 1 lusin Tshirt Converse, dan 6 buah tas adidas.
Dengan menjadikan diriku sendiri sebagai mannequin [pakain kojo-ku : kaus Converse putih, jeans hitam, tas adidas merah,he he..], barang jualanku itu habis ludes juga.
Aku sangat surprised, tapi aku sadar bahwa aku nanti tidak bisa fokus kuliah jika nymbi2 terus.
Maka kuwariskan sedikit ilmu dagangku itu kepada Emi untuk melanjutkannya.
Aku mengajarinya untuk tidak terpaku pd satu jenis barang dagangan saja, karena mode dan selera orang itu bisa cepat sekali berubah.
Di hari Minggu pagi, kadang kuajak Emi membuat puding coklat dalam cup2 kecil yang kubawa dlm box Tupperware untuk dijual di depan asrama TKW. Uang hasil penjualan itu keuntungannya kubagi dua dengan Emi.
Itulah yg kutularkan pada Emi, semangat untuk mandiri tanpa perlu menjual diri.Aku berharap Emipun dapat menularkannya kembali kepada teman2 pekerja wanita dari Indonesia.
Kurang lebih 1 bulan mondar-mandir KL[Kuala Lumpur]-Selangor-JB [Johor Bahru],aku merasa badanku tidak fit, kesehatanku makin menurun. Mungkin aku kecapekan..
Aku sampaikan kepada Emi, mungkin aku tidak bisa lagi sering2 ke JB.Saat itu ia menangis tak henti2.
Aku bilang, dengan atau tanpaku, dia harus bisa tetap semangat, karena dia terikat kontrak kerja dua tahun.Ia memaksa ingin pulang saja ke Indonesia, kabur dengan tongkang. Aku kaget dengan reaksinya yg sedemikian ekstrim. Tapi di sisi lain, keingintahuanku terusik. Maka aku berujar kepadanya, aku ingin tahu bagaimana cara pulang ke Indonesia dengan tongkang itu.Mulanya Emi tutup mulut, tapi karena kudesak terus, akhirnya Emi mengaku punya teman pria seorang TKI illegal asal Tasikmalaya yg biasa pulang pergi Indonesia-Malaysia tiap enam bulan sekali dengan tongkang.
Ketika aku dikenalkan oleh Emi kepada temannya itu [Gugun namanya], mula2 aku disangkanya wartawati Malaysia..hahaha.. Tapi lagi2 aku mengeluarkan jurus ampuhku : menggunakan Bahasa Sunda-halus untuk berkomunikasi dengan Gugun.
Gugun adalah pekerja bangunan yg berangkat dari Indonesia dengan ditipu oleh agen-perorangan TKI di Jakarta Utara .Ia mengeluarkan uang lima juta rupiah untuk bekerja di Malaysia, tapi nyatanya malah diberangkatkan tanpa paspor dan melalui laut.
Dari Gugun aku mendapat informasi bahwa sejak awal proses pemberangkatan, para wanita Indonesia calon TKW ternyata telah menerima perlakuan tak senonoh dari tenaga medis yg ditunjuk oleh pemerintah.
Gugun memiliki seorang kekasih asal Sumedang yg berangkat dengan paspor resmi, dan bercerita bahwa ketika menjalani pemeriksaan kesehatan di Cianjur, mereka disuruh bugil dengan alasan untuk memeriksa apakah fisik mereka cacat/tidak.
Bugil, diraba2 di ruang tertutup, tanpa bisa melawan. Oh My God... ! Itu proses dengan paspor RESMI !
Kembali ke Gugun, ia rutin pulang pergi dengan tongkang selain karena tidak memiliki paspor, juga karena biayanya sangat murah, hanya sekitar RM350 untuk tujuan Sekupang Batam. Dari Batam, ada banyak cara untuk bisa pulang ke Tasikmalaya. Tapi Gugun biasanya memilih naik pesawat udara.
Aku tidak bisa membayangkan seperti apa naik tongkang itu. Tapi dari Gugun aku mendapatkan gambaran bahwa perjalanan itu selalu dilakukan sekitar pukul 10 atau 12 malam dan tidak bisa sembarang waktu, karena tergantung keadaan laut apakah sedang pasang atau tidak.
Biasanya dalam satu kali pemberangkatan ada sekitar 7-8 orang Indonesia,dan 5-6 orang diantaranya adalah wanita !
Perjalanan dengan tongkang itu memakan waktu sekitar 1 1/2 jam dengan rute melingkar2 untuk menghindari patroli perbatasan. Sekali dua kali pernah ada yg tertangkap patroli, dan umumnya langsung masuk sel/penjara, dan lagi2 untuk kaum wanita yg tertangkap biasanya ditambah dengan penderitaan pelecehan sex yang bertubi2 tergantung masa penahanan.
Kepalaku pening mendengarnya, lagi2 harkat wanita Indonesia sudah sangat rendah bahkan di mata warga negara tetangga serumpun sendiri !
Aku pribadi sangat menentang keinginan Emi untuk pulang.
Aku bisa saja meminjamkannya ongkos pulang naik pesawat, tapi yg dia perlukan adalah paspor. Paspor resminya ditahan oleh perusahaan tempatnya bekerja hingga masa kontrak kerja yg dua tahun itu selesai.
Dalam kondisi tubuh yg mulai drop karena sakitku, di hari Sbtu terakhir berkunjung ke JB, aku menyempatkan diri mengajak Emi untuk datang ke Konjen RI. Disana aku berkonsultasi dengan Pak Agus, dan akhirnya Emi digiring untuk membuat SPLP [Surat Laksana Perjalanan Paspor] agar bisa pulang ke Indonesia dgn gratis,aman dan dikawal oleh TNI dengan menggunakan kapal tanker Indonesia.
SPLP itu dibuat dengan biaya RM50, dan nantinya Emi akan dipulangkan dgn ribuan TKI illegal lainnya dua minggu ke depan.
Pagi hingga siang di Konjen, sorenya aku membantu Emi mengepak barang yg akan dibawa [kabur] ke Indonesia, dan membantu menyusupkannya keluar melewati gerbang security, untuk dititipkan sementara kepada Gugun, sebelum jadwal pelarian dgn kapal tenker itu tiba.
Ya, itulah upaya terakhirku menolong Emi.
Dengan tubuh lemas hampir pingsan karena sakitku, aku melewati pos security asrama dengan ransel berisi barang2 Emi. Statusku sebagai tamu berbekal ID card dari university dan pasportku, cukup memuluskan usahaku itu, ditambah sedikit rayuan dalam bahasa Melayu dan kerdipan mata tentunya :)
Di pagar asrama aku berpisah dengan Emi diiringi pelukan dan isak tangisnya.
Sungguh suatu persahabatan yg indah.., tak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa aku bisa bersahabat dengan seorang TKW sekaligus menolongnya untuk pulang dengan aman, tidak dengan tongkang.
Dua minggu setelah itu, aku mendapat kabar via telepon bahwa Emi jadi pulang ke Indonesia.
Saat itu aku sudah masuk ruang rawat di National University Hospital Singapore karena berkali2 tak sadarkan diri, hingga akhirnya mamah datang menjemputku pulang ke Indonesia..
* bersambung *
Cita2ku sejak kecil memang ingin besar di Malaysia, selain karena ingin meneruskan pendidikan yg sejak elementary sudah ditempa di Malaysia, juga karena jarak Malaysia-Singapura sangat dekat, untuk menjalani program intensif penyembuhan sakitku di National University Hospital Singapore.
Alhamdulillah dengan info2 yg kudapat dari hubungan dekatku dengan staff2 Konjen RI disana, aku berhasil menembus juga program beasiswa di UTAR.
Dari Indonesia hanya ada dua orang, yaitu aku dan Sarwendi KS dari Jakarta, yg mendapat beasiswa di bidang sudy Teknik Informatika.
Karena program berlangsung mulai 8 Januari 2008, selama 4 bulan {Sept-Des 07]aku harus menjalani semacam program persamaan, yaitu fokus ke bimbingan Bahasa Inggris dan Mandarin, 4 kali dalam seminggu.
Dengan sendirinya maka aku masih mempunyai waktu luang yang lumayan banyak.
Aku kost di 373 Jl.6/7 Petaling Jaya, dan di akhir minggu aku tinggal di Johor Bahru, di rumah milik kakekku yg cuma didiami sekali2 jika ada anggota keluarga datang dari Bandung untuk mengecek usaha di Air Hitam.
Persahabatnku dengan Emi tetap terjalin manis.
Ketika baru tiba dari Indonesia, aku membawa dua lusin jeans buatan Bandung, yg dengan bantuan Emi, dijual ke teman2 asramanya.Jeans itu laku keras dgn keuntungan dua kali lipat.. wahahaha..
Aku berpikir, jika aku ambil lagi barang dari Bandung, tentu akan berat di ongkos.Jadi atas saran papah via telepon waktu itu, aku coba pergi ke Klang [2 jam dari Kulai], dgn naik kereta api.
Klang memang pusat jeans juga, harganya cukup murah walau modelnya masih kalah jauh dari jeans Bandung. Tapi dari sana juga aku bisa dapatkan Tshirt2 Converse yg lucu2,juga tas2 Adidas buatan Kelantan.
Jadi sambil berjalan2 dan main, akupun membeli 1 lusin jeans, 1 lusin Tshirt Converse, dan 6 buah tas adidas.
Dengan menjadikan diriku sendiri sebagai mannequin [pakain kojo-ku : kaus Converse putih, jeans hitam, tas adidas merah,he he..], barang jualanku itu habis ludes juga.
Aku sangat surprised, tapi aku sadar bahwa aku nanti tidak bisa fokus kuliah jika nymbi2 terus.
Maka kuwariskan sedikit ilmu dagangku itu kepada Emi untuk melanjutkannya.
Aku mengajarinya untuk tidak terpaku pd satu jenis barang dagangan saja, karena mode dan selera orang itu bisa cepat sekali berubah.
Di hari Minggu pagi, kadang kuajak Emi membuat puding coklat dalam cup2 kecil yang kubawa dlm box Tupperware untuk dijual di depan asrama TKW. Uang hasil penjualan itu keuntungannya kubagi dua dengan Emi.
Itulah yg kutularkan pada Emi, semangat untuk mandiri tanpa perlu menjual diri.Aku berharap Emipun dapat menularkannya kembali kepada teman2 pekerja wanita dari Indonesia.
Kurang lebih 1 bulan mondar-mandir KL[Kuala Lumpur]-Selangor-JB [Johor Bahru],aku merasa badanku tidak fit, kesehatanku makin menurun. Mungkin aku kecapekan..
Aku sampaikan kepada Emi, mungkin aku tidak bisa lagi sering2 ke JB.Saat itu ia menangis tak henti2.
Aku bilang, dengan atau tanpaku, dia harus bisa tetap semangat, karena dia terikat kontrak kerja dua tahun.Ia memaksa ingin pulang saja ke Indonesia, kabur dengan tongkang. Aku kaget dengan reaksinya yg sedemikian ekstrim. Tapi di sisi lain, keingintahuanku terusik. Maka aku berujar kepadanya, aku ingin tahu bagaimana cara pulang ke Indonesia dengan tongkang itu.Mulanya Emi tutup mulut, tapi karena kudesak terus, akhirnya Emi mengaku punya teman pria seorang TKI illegal asal Tasikmalaya yg biasa pulang pergi Indonesia-Malaysia tiap enam bulan sekali dengan tongkang.
Ketika aku dikenalkan oleh Emi kepada temannya itu [Gugun namanya], mula2 aku disangkanya wartawati Malaysia..hahaha.. Tapi lagi2 aku mengeluarkan jurus ampuhku : menggunakan Bahasa Sunda-halus untuk berkomunikasi dengan Gugun.
Gugun adalah pekerja bangunan yg berangkat dari Indonesia dengan ditipu oleh agen-perorangan TKI di Jakarta Utara .Ia mengeluarkan uang lima juta rupiah untuk bekerja di Malaysia, tapi nyatanya malah diberangkatkan tanpa paspor dan melalui laut.
Dari Gugun aku mendapat informasi bahwa sejak awal proses pemberangkatan, para wanita Indonesia calon TKW ternyata telah menerima perlakuan tak senonoh dari tenaga medis yg ditunjuk oleh pemerintah.
Gugun memiliki seorang kekasih asal Sumedang yg berangkat dengan paspor resmi, dan bercerita bahwa ketika menjalani pemeriksaan kesehatan di Cianjur, mereka disuruh bugil dengan alasan untuk memeriksa apakah fisik mereka cacat/tidak.
Bugil, diraba2 di ruang tertutup, tanpa bisa melawan. Oh My God... ! Itu proses dengan paspor RESMI !
Kembali ke Gugun, ia rutin pulang pergi dengan tongkang selain karena tidak memiliki paspor, juga karena biayanya sangat murah, hanya sekitar RM350 untuk tujuan Sekupang Batam. Dari Batam, ada banyak cara untuk bisa pulang ke Tasikmalaya. Tapi Gugun biasanya memilih naik pesawat udara.
Aku tidak bisa membayangkan seperti apa naik tongkang itu. Tapi dari Gugun aku mendapatkan gambaran bahwa perjalanan itu selalu dilakukan sekitar pukul 10 atau 12 malam dan tidak bisa sembarang waktu, karena tergantung keadaan laut apakah sedang pasang atau tidak.
Biasanya dalam satu kali pemberangkatan ada sekitar 7-8 orang Indonesia,dan 5-6 orang diantaranya adalah wanita !
Perjalanan dengan tongkang itu memakan waktu sekitar 1 1/2 jam dengan rute melingkar2 untuk menghindari patroli perbatasan. Sekali dua kali pernah ada yg tertangkap patroli, dan umumnya langsung masuk sel/penjara, dan lagi2 untuk kaum wanita yg tertangkap biasanya ditambah dengan penderitaan pelecehan sex yang bertubi2 tergantung masa penahanan.
Kepalaku pening mendengarnya, lagi2 harkat wanita Indonesia sudah sangat rendah bahkan di mata warga negara tetangga serumpun sendiri !
Aku pribadi sangat menentang keinginan Emi untuk pulang.
Aku bisa saja meminjamkannya ongkos pulang naik pesawat, tapi yg dia perlukan adalah paspor. Paspor resminya ditahan oleh perusahaan tempatnya bekerja hingga masa kontrak kerja yg dua tahun itu selesai.
Dalam kondisi tubuh yg mulai drop karena sakitku, di hari Sbtu terakhir berkunjung ke JB, aku menyempatkan diri mengajak Emi untuk datang ke Konjen RI. Disana aku berkonsultasi dengan Pak Agus, dan akhirnya Emi digiring untuk membuat SPLP [Surat Laksana Perjalanan Paspor] agar bisa pulang ke Indonesia dgn gratis,aman dan dikawal oleh TNI dengan menggunakan kapal tanker Indonesia.
SPLP itu dibuat dengan biaya RM50, dan nantinya Emi akan dipulangkan dgn ribuan TKI illegal lainnya dua minggu ke depan.
Pagi hingga siang di Konjen, sorenya aku membantu Emi mengepak barang yg akan dibawa [kabur] ke Indonesia, dan membantu menyusupkannya keluar melewati gerbang security, untuk dititipkan sementara kepada Gugun, sebelum jadwal pelarian dgn kapal tenker itu tiba.
Ya, itulah upaya terakhirku menolong Emi.
Dengan tubuh lemas hampir pingsan karena sakitku, aku melewati pos security asrama dengan ransel berisi barang2 Emi. Statusku sebagai tamu berbekal ID card dari university dan pasportku, cukup memuluskan usahaku itu, ditambah sedikit rayuan dalam bahasa Melayu dan kerdipan mata tentunya :)
Di pagar asrama aku berpisah dengan Emi diiringi pelukan dan isak tangisnya.
Sungguh suatu persahabatan yg indah.., tak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa aku bisa bersahabat dengan seorang TKW sekaligus menolongnya untuk pulang dengan aman, tidak dengan tongkang.
Dua minggu setelah itu, aku mendapat kabar via telepon bahwa Emi jadi pulang ke Indonesia.
Saat itu aku sudah masuk ruang rawat di National University Hospital Singapore karena berkali2 tak sadarkan diri, hingga akhirnya mamah datang menjemputku pulang ke Indonesia..
* bersambung *
tags
humaniora
Perempuan Indonesia di Lintas Batas -part 1-
Nara sumberku bernama Emi Anisah, seorang gadis berusia 21 tahun (saat itu) dari sebuah Dusun di Purworejo.
Ia berangkat ke Malaysia sebagai TKW karena desakan ekonomi, dengan beban dua orang adik dan seorang ibu sakit-sakitan yang ditumpukan kepadanya.
Awal perkenalan kami berlangsung sekitar tahun 2007, ketika aku sedang dalam perjalanan pulang dari Terminal Bus Larkin di Johor Bahru City (JB) selepas mengecek purchasing songkok di usaha retailer kakekku di seputar Jalan Air Hitam.
Ia duduk tepat di sebelahku,dalam sebuah bus rute 207 yang melaju menuju Airport Senai, Johor bagian Selatan.
Mengenakan kacamata hitam - kacamata hitam adalah trade mark para TKI di Malaysia ketika itu – bercelana jeans dengan rumbay benang di ujung bawah kakinya,menyandang tas Adidas, dan sandal hak tinggi manik2 yang sedang trendy saat itu,awalnya ia bersikap ketus kepadaku.
Mungkin ia menganggapku seorang Malaysian atau Singapura..
Namun kekakuannya segera mencair ketika aku menyapanya dalam bahasa Jawa, “Badhe tindak pundi,mbak ?”
Ia langsung tertawa renyah dan kamipun berkenalan.
Bekerja di Mitsubishi,pabrik elektronik yang mengemas casing televisi produk Philips , Emi ditempatkan di Asrama Perindu, kala itu berupa tiga bangunan bertingkat 5 di Senai,yang berada di tengah2 hamparan tanah luas bekas areal perkebunan.
Kawasan tersebut saat itu terkenal dengan keangkerannya.Jika lewat jam 10 malam waktu Malaysia,berkeliaran banyak tenaga kerja pria illegal asal Bangladesh,yang sering melakukan tindak perkosaan kepada tenaga kerja wanita asal Indonesia dan Philipina.
Sejak perkenalan itu,kami menjadi akrab dan kadang2 pada hari Ahad/Minggu berjumpa di Terminal Larkin yang serupa rest area dengan tambahan toko2,rumah makan dan lobby di dalamnya.
Ia selalu sendirian saja, sama sepertiku.
Dan ia senang membuntutiku naik turun bus atau taxi.Biasanya ia kuajak ke toko buku,ke Pelangi mall,atau ke perbatasan Singapura.Walau kadang2 tidak nyambung karena keterbatasan pendidikannya,tapi ia mau belajar apa saja.
Biasanya aku mengajarinya sedikit percakapan sederhana dalam Bahasa Inggris, atau menceritakan isi buku yang kubeli dengan bahasaku sendiri.
Seringkali juga ia mentraktirku makan di Mary Brown Fried Chickens, atau ke Robby Store,membelikanku pernak pernik aksesoris.
Sungguh persahabatan yang indah tanpa memperdulikan latar belakang kami yang jauh berbeda…. Ia sangat mengistimewakanku,itu yang membuatku sangat terharu.
Awalnya aku mengira, mungkin ia kesepian.
Tapi setelah agak lama menyelami kepribadiannya, aku mendapati kalau kelihatannya ia lebih cerdas dari teman2 TKW lainnya, dan mempunyai prinsip kuat.. Itulah mungkin yang membuatnya lebih sering sendirian kesana kemari jika sedang offday/libur kerja.
Jauh berbeda dengan teman2 sesamanya yang nampak selalu bergerombol bila bepergian.
Darinya aku banyak menggali berbagai hal yang selama ini sangat ingin kuketahui.
Bukan hanya dari penuturannya,tetapi kadang2 ia mengajakku melihat sendiri, menyelami,dan berada di Asrama, berkenalan dan bergaul dengan para TKW yang berasal dari Jawa dan Palembang.
Kadang ia meminjamkan pakaian kerjanya agar aku bisa ikut menumpang dalam bus antar jemput secara gratis
Tiga minggu mengenalnya, aku mulai mengetahui siklus kehidupan para TKW di asrama tersebut..Mereka bekerja secara shift dari pukul 08.00 sampai pukul 17.30 waktu Malaysia, Senin sampai Jumat.Hari Sabtu dan Minggu adalah offday.
Untuk mereka yang rajin, Sabtu dan Minggu dimanfaatkan untuk bekerja lembur di departemen lain, dengan upah 1.5 kali lipat dari hari biasa,dan dihitung per jam.
Namun untuk mereka yang senang bersantai, Sabtu dan Minggu adalah hari untuk berkencan ,pergi berombongan ke berbagai tempat atau mall.
Usia mereka berkisar antara 19 - 27 tahun, dan banyak diantaranya yang sudah menikah di kampungnya.Dari cerita Emi aku menjadi tahu seperti apa teman2 angkatannya, kebiasaan mereka, bahkan sekali dua kali aku pernah diajak bergabung dan berbincang.
Emi mungkin hanya segelintir TKW yang betul2 serius bekerja untuk mencari uang, ia tidak punya handphone, tidak punya teman kencan, dan tidak modis. Murni bekerja, OT [overtime/lembur], pergi berjalan2 di hari weekend murni untuk refreshing mengusir kejenuhan dan rasa rindu kepada keluarga dan saudara di kampung halaman.Itulah salah satu alasan mengapa ia sering tampak sendirian.
Dari pergaulanku dengan teman2 TKW Emi lainnya,aku melihat banyak diantaranya yang memiliki handphone bagus, berdandan menor dan modis. Kadang kulihat mereka bergerombol di beberapa ruas jalan.
Mulanya aku tak tahu untuk apa dan mengapa para TKW itu berada disitu… karena gadis2 Malaysia sendiri jarang kulihat berkeliaran tanpa tujuan di jalan2. Apalagi untuk kota kecil seperti Senai, yang masih lebih banyak terdapat gadis berbaju kurung yang masih polos dan santun.Di mall, di food court, di terminal, selalu kulihat lebih banyak wajah2 Indonesia yang bergerombol dengan gaya atraktif.
Namun akhirnya aku tahu dengan sendirinya, mereka bergerombol disana untuk mencari teman kencan yang umumnya adalah Om2 Chinese yang berasal dari seputaran Pasir Gudang atau bahkan dari Singapura.
Kenyataan itu sangatlah mencengangkan, terlebih bagiku yang sebelumnya sangat pro dan menghargai perjuangan kaumku di luar negeri untuk menambah devisa Negara.
Itulah sebabnya jenis handphone yang di Indonesia harganya masih mahal sekalipun, bisa terlihat di genggaman para TKW, itu umumnya adalah pemberian para tauke Chinese untuk memudahkan komunikasi dan mengatur saat2 jumpa kencan.
Pada beberapa kesempatan berkunjung ke Asrama Emi, aku membaca papan berita dan info yang berada tepat di sebelah Pos Security di dekat gerbang masuk.
Suatu kali, aku melihat sebuah celana dalam wanita [maaf] ditempel disitu.
Di bawahnya tertulis nama seorang TKW Indonesia : S.Y. [kusingkat ya..].. dan tulisan di bawahnya sangat membuatku geram. Kenapa ?
Tertulis disitu kronologis penggerebekan di sebuah penginapan murah di Pecinan Johor Bahru City, lengkap dengan hari,tanggal,dan jam. Dan penggerebekan itu membuahkan hasil, ditemukannya seorang TKW bernama S.Y. sedang bergumul dengan seorang Chinese asal Singapura.Yang lebih menyesakkanku, tertulis disitu bahwa ternyata wanita tersebut sedang dalam keadaan hamil 2 bulan !
Dan celana dalam tersebut dipampang sebagai barang bukti.
Aku tidak tahu pasti bagaimana kelanjutan kasus tersebut, karena dua hari setelahnya aku kebetulan harus pulang dulu ke Indonesia.
Saat pulang, aku membawa banyak uang titipan dari Emi dan beberapa orang temannya untuk dikirimkan ke orangtua masing2 via wesel setibanya ku di Jakarta nanti.
Pada bagian dua tulisanku ini, aku akan menceritakan lebih jauh lagi tentang kehidupan TKW yang sebenarnya di Malaysia..
Tunggu ya..
Ia berangkat ke Malaysia sebagai TKW karena desakan ekonomi, dengan beban dua orang adik dan seorang ibu sakit-sakitan yang ditumpukan kepadanya.
Awal perkenalan kami berlangsung sekitar tahun 2007, ketika aku sedang dalam perjalanan pulang dari Terminal Bus Larkin di Johor Bahru City (JB) selepas mengecek purchasing songkok di usaha retailer kakekku di seputar Jalan Air Hitam.
Ia duduk tepat di sebelahku,dalam sebuah bus rute 207 yang melaju menuju Airport Senai, Johor bagian Selatan.
Mengenakan kacamata hitam - kacamata hitam adalah trade mark para TKI di Malaysia ketika itu – bercelana jeans dengan rumbay benang di ujung bawah kakinya,menyandang tas Adidas, dan sandal hak tinggi manik2 yang sedang trendy saat itu,awalnya ia bersikap ketus kepadaku.
Mungkin ia menganggapku seorang Malaysian atau Singapura..
Namun kekakuannya segera mencair ketika aku menyapanya dalam bahasa Jawa, “Badhe tindak pundi,mbak ?”
Ia langsung tertawa renyah dan kamipun berkenalan.
Bekerja di Mitsubishi,pabrik elektronik yang mengemas casing televisi produk Philips , Emi ditempatkan di Asrama Perindu, kala itu berupa tiga bangunan bertingkat 5 di Senai,yang berada di tengah2 hamparan tanah luas bekas areal perkebunan.
Kawasan tersebut saat itu terkenal dengan keangkerannya.Jika lewat jam 10 malam waktu Malaysia,berkeliaran banyak tenaga kerja pria illegal asal Bangladesh,yang sering melakukan tindak perkosaan kepada tenaga kerja wanita asal Indonesia dan Philipina.
Sejak perkenalan itu,kami menjadi akrab dan kadang2 pada hari Ahad/Minggu berjumpa di Terminal Larkin yang serupa rest area dengan tambahan toko2,rumah makan dan lobby di dalamnya.
Ia selalu sendirian saja, sama sepertiku.
Dan ia senang membuntutiku naik turun bus atau taxi.Biasanya ia kuajak ke toko buku,ke Pelangi mall,atau ke perbatasan Singapura.Walau kadang2 tidak nyambung karena keterbatasan pendidikannya,tapi ia mau belajar apa saja.
Biasanya aku mengajarinya sedikit percakapan sederhana dalam Bahasa Inggris, atau menceritakan isi buku yang kubeli dengan bahasaku sendiri.
Seringkali juga ia mentraktirku makan di Mary Brown Fried Chickens, atau ke Robby Store,membelikanku pernak pernik aksesoris.
Sungguh persahabatan yang indah tanpa memperdulikan latar belakang kami yang jauh berbeda…. Ia sangat mengistimewakanku,itu yang membuatku sangat terharu.
Awalnya aku mengira, mungkin ia kesepian.
Tapi setelah agak lama menyelami kepribadiannya, aku mendapati kalau kelihatannya ia lebih cerdas dari teman2 TKW lainnya, dan mempunyai prinsip kuat.. Itulah mungkin yang membuatnya lebih sering sendirian kesana kemari jika sedang offday/libur kerja.
Jauh berbeda dengan teman2 sesamanya yang nampak selalu bergerombol bila bepergian.
Darinya aku banyak menggali berbagai hal yang selama ini sangat ingin kuketahui.
Bukan hanya dari penuturannya,tetapi kadang2 ia mengajakku melihat sendiri, menyelami,dan berada di Asrama, berkenalan dan bergaul dengan para TKW yang berasal dari Jawa dan Palembang.
Kadang ia meminjamkan pakaian kerjanya agar aku bisa ikut menumpang dalam bus antar jemput secara gratis
Tiga minggu mengenalnya, aku mulai mengetahui siklus kehidupan para TKW di asrama tersebut..Mereka bekerja secara shift dari pukul 08.00 sampai pukul 17.30 waktu Malaysia, Senin sampai Jumat.Hari Sabtu dan Minggu adalah offday.
Untuk mereka yang rajin, Sabtu dan Minggu dimanfaatkan untuk bekerja lembur di departemen lain, dengan upah 1.5 kali lipat dari hari biasa,dan dihitung per jam.
Namun untuk mereka yang senang bersantai, Sabtu dan Minggu adalah hari untuk berkencan ,pergi berombongan ke berbagai tempat atau mall.
Usia mereka berkisar antara 19 - 27 tahun, dan banyak diantaranya yang sudah menikah di kampungnya.Dari cerita Emi aku menjadi tahu seperti apa teman2 angkatannya, kebiasaan mereka, bahkan sekali dua kali aku pernah diajak bergabung dan berbincang.
Emi mungkin hanya segelintir TKW yang betul2 serius bekerja untuk mencari uang, ia tidak punya handphone, tidak punya teman kencan, dan tidak modis. Murni bekerja, OT [overtime/lembur], pergi berjalan2 di hari weekend murni untuk refreshing mengusir kejenuhan dan rasa rindu kepada keluarga dan saudara di kampung halaman.Itulah salah satu alasan mengapa ia sering tampak sendirian.
Dari pergaulanku dengan teman2 TKW Emi lainnya,aku melihat banyak diantaranya yang memiliki handphone bagus, berdandan menor dan modis. Kadang kulihat mereka bergerombol di beberapa ruas jalan.
Mulanya aku tak tahu untuk apa dan mengapa para TKW itu berada disitu… karena gadis2 Malaysia sendiri jarang kulihat berkeliaran tanpa tujuan di jalan2. Apalagi untuk kota kecil seperti Senai, yang masih lebih banyak terdapat gadis berbaju kurung yang masih polos dan santun.Di mall, di food court, di terminal, selalu kulihat lebih banyak wajah2 Indonesia yang bergerombol dengan gaya atraktif.
Namun akhirnya aku tahu dengan sendirinya, mereka bergerombol disana untuk mencari teman kencan yang umumnya adalah Om2 Chinese yang berasal dari seputaran Pasir Gudang atau bahkan dari Singapura.
Kenyataan itu sangatlah mencengangkan, terlebih bagiku yang sebelumnya sangat pro dan menghargai perjuangan kaumku di luar negeri untuk menambah devisa Negara.
Itulah sebabnya jenis handphone yang di Indonesia harganya masih mahal sekalipun, bisa terlihat di genggaman para TKW, itu umumnya adalah pemberian para tauke Chinese untuk memudahkan komunikasi dan mengatur saat2 jumpa kencan.
Pada beberapa kesempatan berkunjung ke Asrama Emi, aku membaca papan berita dan info yang berada tepat di sebelah Pos Security di dekat gerbang masuk.
Suatu kali, aku melihat sebuah celana dalam wanita [maaf] ditempel disitu.
Di bawahnya tertulis nama seorang TKW Indonesia : S.Y. [kusingkat ya..].. dan tulisan di bawahnya sangat membuatku geram. Kenapa ?
Tertulis disitu kronologis penggerebekan di sebuah penginapan murah di Pecinan Johor Bahru City, lengkap dengan hari,tanggal,dan jam. Dan penggerebekan itu membuahkan hasil, ditemukannya seorang TKW bernama S.Y. sedang bergumul dengan seorang Chinese asal Singapura.Yang lebih menyesakkanku, tertulis disitu bahwa ternyata wanita tersebut sedang dalam keadaan hamil 2 bulan !
Dan celana dalam tersebut dipampang sebagai barang bukti.
Aku tidak tahu pasti bagaimana kelanjutan kasus tersebut, karena dua hari setelahnya aku kebetulan harus pulang dulu ke Indonesia.
Saat pulang, aku membawa banyak uang titipan dari Emi dan beberapa orang temannya untuk dikirimkan ke orangtua masing2 via wesel setibanya ku di Jakarta nanti.
Pada bagian dua tulisanku ini, aku akan menceritakan lebih jauh lagi tentang kehidupan TKW yang sebenarnya di Malaysia..
Tunggu ya..
tags
humaniora
Kamis, Maret 26, 2009
Perempuan Indonesia di Lintas Batas -1-
Nara sumberku bernama Emi Anisah, seorang gadis berusia 21 tahun (saat itu) dari sebuah Dusun di Purworejo.
Ia berangkat ke Malaysia sebagai TKW karena desakan ekonomi, dengan beban dua orang adik dan seorang ibu sakit-sakitan yang ditumpukan kepadanya.
Awal perkenalan kami berlangsung sekitar tahun 2007, ketika aku sedang dalam perjalanan pulang dari Terminal Bus Larkin di Johor Bahru City (JB) selepas mengecek purchasing songkok di usaha retailer kakekku di seputar Jalan Air Hitam.
Ia duduk tepat di sebelahku,dalam sebuah bus rute 207 yang melaju menuju Airport Senai, Johor bagian Selatan.
Mengenakan kacamata hitam - kacamata hitam adalah trade mark para TKI di Malaysia ketika itu – bercelana jeans dengan rumbay benang di ujung bawah kakinya,menyandang tas Adidas, dan sandal hak tinggi manik2 yang sedang trendy saat itu,awalnya ia bersikap ketus kepadaku.
Mungkin ia menganggapku seorang Malaysian atau Singapura..
Namun kekakuannya segera mencair ketika aku menyapanya dalam bahasa Jawa, “Badhe tindak pundi,mbak ?”
Ia langsung tertawa renyah dan kamipun berkenalan.
Bekerja di Mitsubishi,pabrik elektronik yang mengemas casing televisi produk Philips , Emi ditempatkan di Asrama Perindu, kala itu berupa tiga bangunan bertingkat 5 di Senai,yang berada di tengah2 hamparan tanah luas bekas areal perkebunan.
Kawasan tersebut saat itu terkenal dengan keangkerannya.Jika lewat jam 10 malam waktu Malaysia,berkeliaran banyak tenaga kerja pria illegal asal Bangladesh,yang sering melakukan tindak perkosaan kepada tenaga kerja wanita asal Indonesia dan Philipina.
Sejak perkenalan itu,kami menjadi akrab dan kadang2 pada hari Ahad/Minggu berjumpa di Terminal Larkin yang serupa rest area dengan tambahan toko2,rumah makan dan lobby di dalamnya.
Ia selalu sendirian saja, sama sepertiku.
Dan ia senang membuntutiku naik turun bus atau taxi.Biasanya ia kuajak ke toko buku,ke Pelangi mall,atau ke perbatasan Singapura.Walau kadang2 tidak nyambung karena keterbatasan pendidikannya,tapi ia mau belajar apa saja.
Biasanya aku mengajarinya sedikit percakapan sederhana dalam Bahasa Inggris, atau menceritakan isi buku yang kubeli dengan bahasaku sendiri.
Seringkali juga ia mentraktirku makan di Mary Brown Fried Chickens, atau ke Robby Store,membelikanku pernak pernik aksesoris.
Sungguh persahabatan yang indah tanpa memperdulikan latar belakang kami yang jauh berbeda…. Ia sangat mengistimewakanku,itu yang membuatku sangat terharu.
Awalnya aku mengira, mungkin ia kesepian.
Tapi setelah agak lama menyelami kepribadiannya, aku mendapati kalau kelihatannya ia lebih cerdas dari teman2 TKW lainnya, dan mempunyai prinsip kuat.. Itulah mungkin yang membuatnya lebih sering sendirian kesana kemari jika sedang offday/libur kerja.
Jauh berbeda dengan teman2 sesamanya yang nampak selalu bergerombol bila bepergian.
Darinya aku banyak menggali berbagai hal yang selama ini sangat ingin kuketahui.
Bukan hanya dari penuturannya,tetapi kadang2 ia mengajakku melihat sendiri, menyelami,dan berada di Asrama, berkenalan dan bergaul dengan para TKW yang berasal dari Jawa dan Palembang.
Kadang ia meminjamkan pakaian kerjanya agar aku bisa ikut menumpang dalam bus antar jemput secara gratis
Tiga minggu mengenalnya, aku mulai mengetahui siklus kehidupan para TKW di asrama tersebut..Mereka bekerja secara shift dari pukul 08.00 sampai pukul 17.30 waktu Malaysia, Senin sampai Jumat.Hari Sabtu dan Minggu adalah offday.
Untuk mereka yang rajin, Sabtu dan Minggu dimanfaatkan untuk bekerja lembur di departemen lain, dengan upah 1.5 kali lipat dari hari biasa,dan dihitung per jam.
Namun untuk mereka yang senang bersantai, Sabtu dan Minggu adalah hari untuk berkencan ,pergi berombongan ke berbagai tempat atau mall.
Usia mereka berkisar antara 19 - 27 tahun, dan banyak diantaranya yang sudah menikah di kampungnya.Dari cerita Emi aku menjadi tahu seperti apa teman2 angkatannya, kebiasaan mereka, bahkan sekali dua kali aku pernah diajak bergabung dan berbincang.
Emi mungkin hanya segelintir TKW yang betul2 serius bekerja untuk mencari uang, ia tidak punya handphone, tidak punya teman kencan, dan tidak modis. Murni bekerja, OT [overtime/lembur], pergi berjalan2 di hari weekend murni untuk refreshing mengusir kejenuhan dan rasa rindu kepada keluarga dan saudara di kampung halaman.Itulah salah satu alasan mengapa ia sering tampak sendirian.
Dari pergaulanku dengan teman2 TKW Emi lainnya,aku melihat banyak diantaranya yang memiliki handphone bagus, berdandan menor dan modis. Kadang kulihat mereka bergerombol di beberapa ruas jalan.
Mulanya aku tak tahu untuk apa dan mengapa para TKW itu berada disitu… karena gadis2 Malaysia sendiri jarang kulihat berkeliaran tanpa tujuan di jalan2. Apalagi untuk kota kecil seperti Senai, yang masih lebih banyak terdapat gadis berbaju kurung yang masih polos dan santun.Di mall, di food court, di terminal, selalu kulihat lebih banyak wajah2 Indonesia yang bergerombol dengan gaya atraktif.
Namun akhirnya aku tahu dengan sendirinya, mereka bergerombol disana untuk mencari teman kencan yang umumnya adalah Om2 Chinese yang berasal dari seputaran Pasir Gudang atau bahkan dari Singapura.
Kenyataan itu sangatlah mencengangkan, terlebih bagiku yang sebelumnya sangat pro dan menghargai perjuangan kaumku di luar negeri untuk menambah devisa Negara.
Itulah sebabnya jenis handphone yang di Indonesia harganya masih mahal sekalipun, bisa terlihat di genggaman para TKW, itu umumnya adalah pemberian para tauke Chinese untuk memudahkan komunikasi dan mengatur saat2 jumpa kencan.
Pada beberapa kesempatan berkunjung ke Asrama Emi, aku membaca papan berita dan info yang berada tepat di sebelah Pos Security di dekat gerbang masuk.
Suatu kali, aku melihat sebuah celana dalam wanita [maaf] ditempel disitu.
Di bawahnya tertulis nama seorang TKW Indonesia : S.Y. [kusingkat ya..].. dan tulisan di bawahnya sangat membuatku geram. Kenapa ?
Tertulis disitu kronologis penggerebekan di sebuah penginapan murah di Pecinan Johor Bahru City, lengkap dengan hari,tanggal,dan jam. Dan penggerebekan itu membuahkan hasil, ditemukannya seorang TKW bernama S.Y. sedang bergumul dengan seorang Chinese asal Singapura.Yang lebih menyesakkanku, tertulis disitu bahwa ternyata wanita tersebut sedang dalam keadaan hamil 2 bulan !
Dan celana dalam tersebut dipampang sebagai barang bukti.
Aku tidak tahu pasti bagaimana kelanjutan kasus tersebut, karena dua hari setelahnya aku kebetulan harus pulang dulu ke Indonesia.
Saat pulang, aku membawa banyak uang titipan dari Emi dan beberapa orang temannya untuk dikirimkan ke orangtua masing2 via wesel setibanya ku di Jakarta nanti.
Pada bagian dua tulisanku ini, aku akan menceritakan lebih jauh lagi tentang kehidupan TKW yang sebenarnya di Malaysia..
Tunggu ya..
Ia berangkat ke Malaysia sebagai TKW karena desakan ekonomi, dengan beban dua orang adik dan seorang ibu sakit-sakitan yang ditumpukan kepadanya.
Awal perkenalan kami berlangsung sekitar tahun 2007, ketika aku sedang dalam perjalanan pulang dari Terminal Bus Larkin di Johor Bahru City (JB) selepas mengecek purchasing songkok di usaha retailer kakekku di seputar Jalan Air Hitam.
Ia duduk tepat di sebelahku,dalam sebuah bus rute 207 yang melaju menuju Airport Senai, Johor bagian Selatan.
Mengenakan kacamata hitam - kacamata hitam adalah trade mark para TKI di Malaysia ketika itu – bercelana jeans dengan rumbay benang di ujung bawah kakinya,menyandang tas Adidas, dan sandal hak tinggi manik2 yang sedang trendy saat itu,awalnya ia bersikap ketus kepadaku.
Mungkin ia menganggapku seorang Malaysian atau Singapura..
Namun kekakuannya segera mencair ketika aku menyapanya dalam bahasa Jawa, “Badhe tindak pundi,mbak ?”
Ia langsung tertawa renyah dan kamipun berkenalan.
Bekerja di Mitsubishi,pabrik elektronik yang mengemas casing televisi produk Philips , Emi ditempatkan di Asrama Perindu, kala itu berupa tiga bangunan bertingkat 5 di Senai,yang berada di tengah2 hamparan tanah luas bekas areal perkebunan.
Kawasan tersebut saat itu terkenal dengan keangkerannya.Jika lewat jam 10 malam waktu Malaysia,berkeliaran banyak tenaga kerja pria illegal asal Bangladesh,yang sering melakukan tindak perkosaan kepada tenaga kerja wanita asal Indonesia dan Philipina.
Sejak perkenalan itu,kami menjadi akrab dan kadang2 pada hari Ahad/Minggu berjumpa di Terminal Larkin yang serupa rest area dengan tambahan toko2,rumah makan dan lobby di dalamnya.
Ia selalu sendirian saja, sama sepertiku.
Dan ia senang membuntutiku naik turun bus atau taxi.Biasanya ia kuajak ke toko buku,ke Pelangi mall,atau ke perbatasan Singapura.Walau kadang2 tidak nyambung karena keterbatasan pendidikannya,tapi ia mau belajar apa saja.
Biasanya aku mengajarinya sedikit percakapan sederhana dalam Bahasa Inggris, atau menceritakan isi buku yang kubeli dengan bahasaku sendiri.
Seringkali juga ia mentraktirku makan di Mary Brown Fried Chickens, atau ke Robby Store,membelikanku pernak pernik aksesoris.
Sungguh persahabatan yang indah tanpa memperdulikan latar belakang kami yang jauh berbeda…. Ia sangat mengistimewakanku,itu yang membuatku sangat terharu.
Awalnya aku mengira, mungkin ia kesepian.
Tapi setelah agak lama menyelami kepribadiannya, aku mendapati kalau kelihatannya ia lebih cerdas dari teman2 TKW lainnya, dan mempunyai prinsip kuat.. Itulah mungkin yang membuatnya lebih sering sendirian kesana kemari jika sedang offday/libur kerja.
Jauh berbeda dengan teman2 sesamanya yang nampak selalu bergerombol bila bepergian.
Darinya aku banyak menggali berbagai hal yang selama ini sangat ingin kuketahui.
Bukan hanya dari penuturannya,tetapi kadang2 ia mengajakku melihat sendiri, menyelami,dan berada di Asrama, berkenalan dan bergaul dengan para TKW yang berasal dari Jawa dan Palembang.
Kadang ia meminjamkan pakaian kerjanya agar aku bisa ikut menumpang dalam bus antar jemput secara gratis
Tiga minggu mengenalnya, aku mulai mengetahui siklus kehidupan para TKW di asrama tersebut..Mereka bekerja secara shift dari pukul 08.00 sampai pukul 17.30 waktu Malaysia, Senin sampai Jumat.Hari Sabtu dan Minggu adalah offday.
Untuk mereka yang rajin, Sabtu dan Minggu dimanfaatkan untuk bekerja lembur di departemen lain, dengan upah 1.5 kali lipat dari hari biasa,dan dihitung per jam.
Namun untuk mereka yang senang bersantai, Sabtu dan Minggu adalah hari untuk berkencan ,pergi berombongan ke berbagai tempat atau mall.
Usia mereka berkisar antara 19 - 27 tahun, dan banyak diantaranya yang sudah menikah di kampungnya.Dari cerita Emi aku menjadi tahu seperti apa teman2 angkatannya, kebiasaan mereka, bahkan sekali dua kali aku pernah diajak bergabung dan berbincang.
Emi mungkin hanya segelintir TKW yang betul2 serius bekerja untuk mencari uang, ia tidak punya handphone, tidak punya teman kencan, dan tidak modis. Murni bekerja, OT [overtime/lembur], pergi berjalan2 di hari weekend murni untuk refreshing mengusir kejenuhan dan rasa rindu kepada keluarga dan saudara di kampung halaman.Itulah salah satu alasan mengapa ia sering tampak sendirian.
Dari pergaulanku dengan teman2 TKW Emi lainnya,aku melihat banyak diantaranya yang memiliki handphone bagus, berdandan menor dan modis. Kadang kulihat mereka bergerombol di beberapa ruas jalan.
Mulanya aku tak tahu untuk apa dan mengapa para TKW itu berada disitu… karena gadis2 Malaysia sendiri jarang kulihat berkeliaran tanpa tujuan di jalan2. Apalagi untuk kota kecil seperti Senai, yang masih lebih banyak terdapat gadis berbaju kurung yang masih polos dan santun.Di mall, di food court, di terminal, selalu kulihat lebih banyak wajah2 Indonesia yang bergerombol dengan gaya atraktif.
Namun akhirnya aku tahu dengan sendirinya, mereka bergerombol disana untuk mencari teman kencan yang umumnya adalah Om2 Chinese yang berasal dari seputaran Pasir Gudang atau bahkan dari Singapura.
Kenyataan itu sangatlah mencengangkan, terlebih bagiku yang sebelumnya sangat pro dan menghargai perjuangan kaumku di luar negeri untuk menambah devisa Negara.
Itulah sebabnya jenis handphone yang di Indonesia harganya masih mahal sekalipun, bisa terlihat di genggaman para TKW, itu umumnya adalah pemberian para tauke Chinese untuk memudahkan komunikasi dan mengatur saat2 jumpa kencan.
Pada beberapa kesempatan berkunjung ke Asrama Emi, aku membaca papan berita dan info yang berada tepat di sebelah Pos Security di dekat gerbang masuk.
Suatu kali, aku melihat sebuah celana dalam wanita [maaf] ditempel disitu.
Di bawahnya tertulis nama seorang TKW Indonesia : S.Y. [kusingkat ya..].. dan tulisan di bawahnya sangat membuatku geram. Kenapa ?
Tertulis disitu kronologis penggerebekan di sebuah penginapan murah di Pecinan Johor Bahru City, lengkap dengan hari,tanggal,dan jam. Dan penggerebekan itu membuahkan hasil, ditemukannya seorang TKW bernama S.Y. sedang bergumul dengan seorang Chinese asal Singapura.Yang lebih menyesakkanku, tertulis disitu bahwa ternyata wanita tersebut sedang dalam keadaan hamil 2 bulan !
Dan celana dalam tersebut dipampang sebagai barang bukti.
Aku tidak tahu pasti bagaimana kelanjutan kasus tersebut, karena dua hari setelahnya aku kebetulan harus pulang dulu ke Indonesia.
Saat pulang, aku membawa banyak uang titipan dari Emi dan beberapa orang temannya untuk dikirimkan ke orangtua masing2 via wesel setibanya ku di Jakarta nanti.
Pada bagian dua tulisanku ini, aku akan menceritakan lebih jauh lagi tentang kehidupan TKW yang sebenarnya di Malaysia..
Tunggu ya..
tags
humaniora
Senin, Maret 09, 2009
RIP David, Jenius Indonesia Pemenang Olympiade Matematika Meksiko
Kebenaran yang Tidak Diungkap Media dalam Kasus David Hartanto
Today at 12:25
Hari ini (5/3-09) aku dan teman2 SD/SMP di Indonesia yang seangkatan dgn David Hartanto (Ming2) sama2 berkunjung kerumah keluarga Hartanto, sekedar untuk menyampaikan bela sungkawa, serta mencari kebenaran yang sesungguhnya karena kami tahu kalau David tidak akan melakukan hal-hal yang seperti diberitakan oleh media. Disana kami disambut oleh kakak David, dan orangtuanya, kebetulan kami datang bersamaan dengan keluarga besar Hartanto, jadi kami lebih banyak mengobrol dengan kakak David, yaitu William Hartanto, atau dulu dikenal teman2 seangkatannya dengan panggilan Weha.
Semakin lama mendalami kasus ini, makin banyak keanehan yang terbuka, dan untuk adanya pemberitaan yang mulai menunjukkan kebenaran, kami berterima kasih untuk rekan David di NTU-Singapore yaitu Edwin, kami tahu dia mempertaruhkan gelar sarjananya demi mengungkap kebenaran, karena itu kami juga mau membantu menyebarkan kabar yang sesungguhnya.
Kejanggalan- kejanggalan yang ada:
1. Munculnya berita bahwa David menyerang Professor Chan Kap Luk, lalu bunuh diri, padahal tidak ada bekas sayatan di pergelangan tangan seperti yang diberitakan, lalu darimana muncul berita tersebut? Untuk apa dimunculkan berita palsu bahwa David menyayat pergelangan tangannya?
2. Saat keluarga tiba disana senin malam setelah kejadian, keluarga ingin langsung melihat jenazah David, namun dihalangi oleh pihak2 tertentu, dengan alasan sudah peraturan, tentu saja keluarga harus menurut, apalagi saat itu keluarga masih syok. Lalu saat diizinkan melihat kondisi jenazah keesokan harinya, keluarga hanya diizinkan untuk melihat jenazah bagian leher ke atas, sedangkan bagian tubuh yang lain telah ditutupi plastik. Keluarga Hartanto juga telah mengkonfirmasikan ke pihak polisi Singapore, tidak ada luka di bagian pergelangan tangan. Saat itu keluarga Hartanto juga melihat di bagian leher depan (daerah leher dibawah bahu) terdapat banyak plesteran luka.
Pertanyaannya. Untuk apa keluarga Hartanto menunggu 1 hari untuk melihat jenazah keluarga kandung mereka sendiri? Mengapa jenazah harus ditutupi oleh plastik? Apakah benar ada peraturan seperti itu? Atau hanya karangan pihak2 tertentu saja untuk menutupi kenyataan? Darimana asal luka di leher? Mengapa jenazah David terlihat berdarah cukup parah di bagian bokong?
3. Saat keluarga tiba di TKP senin malam, karena tidak diizinkan untuk melihat jenazah, keluarga datang ke NTU untuk melihat TKP, namun saat sampai, keluarga tidak menemukan satupun bekas darah ataupun police line. Hebat bukan? Hanya dalam waktu sekitar 7 jam sejak waktu kejadian, TKP telah bersih total, adakah alasan untuk buru2 membersihkan TKP?
4. Lalu keluarga datang melihat kamar David, dan apa yang ditemukan? Ternyata semua peralatan komputer yang ada di kamar itu semua MENYALA. Apakah seorang yang mau bunuh diri akan menyalakan semua peralatan komputernya? Bahkan menurut kesaksian seorang teman, account MSN David masih menyala. Apakah hal ini terlihat seperti David mau mengakhiri hidupnya? Bahkan dia masih bermain game online sampai jam 2 pagi di hari kejadian bersama teman yang tadi menjenguk keluarga David.
5. Pada ruangan profesor tertinggal tas David yang biasa dia bawa, dan tebak apa yang dia bawa dalam tasnya? Sebuah handuk dan botol air mineral 1,5 L. (Semua yang mengenal Ming2 pasti tahu, dikelas, sejak SD, Ming2 selalu membawa handuk, bahkan kadang dikalungkan di leher saat berada di kelas, dia juga selalu membawa air minum yang banyak karena mamanya selalu berpesan untuk banyak mengkonsumsi air).. Apakah seorang yang mau membunuh, lalu bunuh diri, akan membawa barang seperti itu? Akan jauh lebih mudah untuk membawa sebilah pisau yang besar (lebih besar dari pisau berukuran 10cm yang muncul di TKP, yang entah milik siapa).
6. Keluarga dihalang-halangi saat hendak bertemu dengan Professor Chan Kap Luk, dengan alasan, saat itu dia sedang di ICU, dan kenyataannya? Hari rabu sang Profesor telah keluar dari rumah sakit. Apakah ada catatan seorang yang menderita luka tusukan parah yang harus masuk ICU, dapat keluar dari rumah sakit dalam tidak sampai 2 hari? Benarkan sang Professor terluka? Atau hanya membaca koran sambil bersantai di ICU?
7. Saat keluarga ingin bertemu dengan "saksi mata" yang melihat David melompat dari lantai 4, pihak NTU menghalangi dengan alasan hal itu harus dirahasiakan. Oke, kalau begitu, darimana kita tahu kalau benar2 ada orang yang melihat kalau David benar2 melompat, bukannya terjatuh ataupun dijatuhkan orang?
8. Data tentang David dan FYP (Final Year Project) nya telah dihapus dari database NTU. Hanya dalam 2 hari, NTU langsung menghapus data topik FYP yang sedang David kerjakan, adakah alasan khusus dibalik keterburu-buruan pihak NTU untuk menghapus data tersebut? Tidakkah ada rasa ingin mengenang salah satu mahasiswa berprestasinya, alih-alih langsung menghapus data, seakan David tidak pernah kuliah disana?
9. Polisi Singapore menahan Laptop milik David dan akan dikembalikan setelah penyelidikan selesai. Untuk apa?
10. Pisau yang ada di TKP, dilaporkan berasal dari hall 4, itu hasil investigasi? Atau hanya karangan? Seorang teman di NTU berkata bahwa biasanya seorang dosen memiliki pisau kecil di ruangannya yang biasa digunakan untuk memotong buah. Jadi? Itu pisau milik David Hartanto atau Chan Kap Luk?
11. Waktu kejadian adalah sekitar jam 10.45 waktu Singapore hari Senin, apakah tidak terdengar aneh jika hanya sedikit sekali mahasiswa yang ada dan menyaksikan kejadian? Adakah tekanan dari pihak NTU untuk tutup mulut?
12. Senjata yang ditemukan -pisau buah 10cm- ditemukan tanpa gagang, dimanakah gagangnya? Mengapa tidak dilakukan analisa sidik jari? Jelas tidak mungkin menusuk seseorang tanpa menggunakan gagang pisau, jadi entah siapapun yang menusuk siapa, pasti ada gagangnya, namun pemberitaannya belum jelas.
Pemberitaan miring yang disebutkan media pun tidak berdasar, berikut klarifikasinya:
1. David berniat membunuh Professornya lalu bunuh diri meloncat. Di dalam ruangan tersebut hanya ada David dan Professor, David telah tiada, dan kesaksian yang bisa didengarkan hanyalah dari Professor, darimana kita tahu kalau kesaksian tersebut benar? Tanpa bukti2 yang cukup, kesaksian Professor tersebut tidak bisa dijadikan alasan untuk menyalahkan David.
2. David dikatakan stress karena beasiswanya dicabut, bahkan dia salah sasaran, yaitu mengamuk ke dosen pembimbingnya. Tidakkah hal itu terdengan sangat aneh? David sangat tahu dengan jelas bahwa beasiswanya diberhentikan karena prestasinya menurun, bukan salah Professor itu. Pihak keluarga telah diberitahu sejak hari pertama diberitahukan bahwa beasiswanya diberhentikan, dan pihak keluarga menerima, dan mampu untuk membayarnya, David juga bersikap biasa2 saja tentang pemberhentian beasiswanya. Bagi yang mengenal dia, tentu tahu bahwa dia orang yang sangat cuek, hal ini juga dapat dilihat dari post edwin.
3. Dikatakan pula, bahwa David depresi karena tidak mampu menyelesaikan FYPnya. Seorang rekan David disana menyatakan bahwa FYP David hampir selesai. Dia tidak pulang ke Indonesia pada akhir semester lalu, karena ingin berkonsentrasi menyelesaikan FYPnya. Bagi yang mengenal David, apalagi kami teman sekolahnya, tentu tahu, David sejak dulu memang ketagihan game, tapi 1 hal, dia selalu mengerjakan tugas dan PRnya dengan baik, tanpa bantuan orang lain apalagi menyalin hasil pekerjaan orang lain. Jadi, jika dikatakan dia menyerang dosen pembimbingnya karena FYPnya tidak selesai, hal itu benar2 tidak masuk diakal.
4. David diberitakan pula menghilang dari pergaulan selama kurang lebih 1 minggu sebelum kejadian, namun keluarga David tahu yang sebenarnya, David sedang berkonsentrasi untuk menyelesaikan FYPnya, jadi pernyataan bahwa David menghilang dari pergaulan karena sedang depresi dan ingin membunuh itu sangat tidak valid, karena saat itu dia banyak chatting dengan kakaknya, bahkan bermain game online bersama temannya di Indonesia. Terlihat seperti orang depresi yang mau membunuh dosennya? Tidak sama sekali!
Saat ini fakta-fakta yang muncul setelah menyingkirkan pemberitaan media adalah:
1. David meninggal jatuh dari lantai 4, tanpa luka sayatan di pergelangan tangan, dan dengan luka di bagian leher, serta bagian bokong berlumuran darah.
2. Sang Professor keluar dari rumah sakit dalam 2 hari, tanpa kejelasan dan foto apakah dia terluka atau tidak.
3. Pisau tidak jelas berasal darimana, dan ditemukan tanpa gagang..
4. Pihak universitas menutup-nutupi kejadian ini.
Spekulasi dan kemungkinan- kemungkinan:
Apakah benar David menyerang professor saat dia sedang membungkuk menghadap ke layar komputer? Jika itu benar, maka tidak mungkin saat ini professor tersebut telah pulang ke rumahnya dalam 2 hari sejak kejadian.
Apakah sang professor tersebut yang justru menyerang David?
Tidak tahu, namun jika ya, apa motifnya?
Saat ini santer beredar di Singapore kabar bahwa sang Professor ingin merebut FYP milik David.Karena di Singapore untuk menyelesaikan kuliah harus membuat makalah ilmiah/FYP. Hal ini didukung oleh kesaksian teman David yang mengatakan FYP David hampir selesai. Apakah mungkin seorang dosen dan Professor dari universitas terkemuka di negara maju mau merebut FYP milik mahasiswanya sendiri? Apakah ini motif sesungguhnya? Kita tidak tahu!
Apakah ada orang ketiga dalam kasus ini?
Kita tidak juga tahu.
*** Ming, saat ini lo udah ga ada, ga ada lagi yang bisa kita lakukan buat lo, selain pulihin nama baik lo, dan menyatakan kebenaran, lo istirahat yang tenang aja disana..
RIP, ming..***
Today at 12:25
Hari ini (5/3-09) aku dan teman2 SD/SMP di Indonesia yang seangkatan dgn David Hartanto (Ming2) sama2 berkunjung kerumah keluarga Hartanto, sekedar untuk menyampaikan bela sungkawa, serta mencari kebenaran yang sesungguhnya karena kami tahu kalau David tidak akan melakukan hal-hal yang seperti diberitakan oleh media. Disana kami disambut oleh kakak David, dan orangtuanya, kebetulan kami datang bersamaan dengan keluarga besar Hartanto, jadi kami lebih banyak mengobrol dengan kakak David, yaitu William Hartanto, atau dulu dikenal teman2 seangkatannya dengan panggilan Weha.
Semakin lama mendalami kasus ini, makin banyak keanehan yang terbuka, dan untuk adanya pemberitaan yang mulai menunjukkan kebenaran, kami berterima kasih untuk rekan David di NTU-Singapore yaitu Edwin, kami tahu dia mempertaruhkan gelar sarjananya demi mengungkap kebenaran, karena itu kami juga mau membantu menyebarkan kabar yang sesungguhnya.
Kejanggalan- kejanggalan yang ada:
1. Munculnya berita bahwa David menyerang Professor Chan Kap Luk, lalu bunuh diri, padahal tidak ada bekas sayatan di pergelangan tangan seperti yang diberitakan, lalu darimana muncul berita tersebut? Untuk apa dimunculkan berita palsu bahwa David menyayat pergelangan tangannya?
2. Saat keluarga tiba disana senin malam setelah kejadian, keluarga ingin langsung melihat jenazah David, namun dihalangi oleh pihak2 tertentu, dengan alasan sudah peraturan, tentu saja keluarga harus menurut, apalagi saat itu keluarga masih syok. Lalu saat diizinkan melihat kondisi jenazah keesokan harinya, keluarga hanya diizinkan untuk melihat jenazah bagian leher ke atas, sedangkan bagian tubuh yang lain telah ditutupi plastik. Keluarga Hartanto juga telah mengkonfirmasikan ke pihak polisi Singapore, tidak ada luka di bagian pergelangan tangan. Saat itu keluarga Hartanto juga melihat di bagian leher depan (daerah leher dibawah bahu) terdapat banyak plesteran luka.
Pertanyaannya. Untuk apa keluarga Hartanto menunggu 1 hari untuk melihat jenazah keluarga kandung mereka sendiri? Mengapa jenazah harus ditutupi oleh plastik? Apakah benar ada peraturan seperti itu? Atau hanya karangan pihak2 tertentu saja untuk menutupi kenyataan? Darimana asal luka di leher? Mengapa jenazah David terlihat berdarah cukup parah di bagian bokong?
3. Saat keluarga tiba di TKP senin malam, karena tidak diizinkan untuk melihat jenazah, keluarga datang ke NTU untuk melihat TKP, namun saat sampai, keluarga tidak menemukan satupun bekas darah ataupun police line. Hebat bukan? Hanya dalam waktu sekitar 7 jam sejak waktu kejadian, TKP telah bersih total, adakah alasan untuk buru2 membersihkan TKP?
4. Lalu keluarga datang melihat kamar David, dan apa yang ditemukan? Ternyata semua peralatan komputer yang ada di kamar itu semua MENYALA. Apakah seorang yang mau bunuh diri akan menyalakan semua peralatan komputernya? Bahkan menurut kesaksian seorang teman, account MSN David masih menyala. Apakah hal ini terlihat seperti David mau mengakhiri hidupnya? Bahkan dia masih bermain game online sampai jam 2 pagi di hari kejadian bersama teman yang tadi menjenguk keluarga David.
5. Pada ruangan profesor tertinggal tas David yang biasa dia bawa, dan tebak apa yang dia bawa dalam tasnya? Sebuah handuk dan botol air mineral 1,5 L. (Semua yang mengenal Ming2 pasti tahu, dikelas, sejak SD, Ming2 selalu membawa handuk, bahkan kadang dikalungkan di leher saat berada di kelas, dia juga selalu membawa air minum yang banyak karena mamanya selalu berpesan untuk banyak mengkonsumsi air).. Apakah seorang yang mau membunuh, lalu bunuh diri, akan membawa barang seperti itu? Akan jauh lebih mudah untuk membawa sebilah pisau yang besar (lebih besar dari pisau berukuran 10cm yang muncul di TKP, yang entah milik siapa).
6. Keluarga dihalang-halangi saat hendak bertemu dengan Professor Chan Kap Luk, dengan alasan, saat itu dia sedang di ICU, dan kenyataannya? Hari rabu sang Profesor telah keluar dari rumah sakit. Apakah ada catatan seorang yang menderita luka tusukan parah yang harus masuk ICU, dapat keluar dari rumah sakit dalam tidak sampai 2 hari? Benarkan sang Professor terluka? Atau hanya membaca koran sambil bersantai di ICU?
7. Saat keluarga ingin bertemu dengan "saksi mata" yang melihat David melompat dari lantai 4, pihak NTU menghalangi dengan alasan hal itu harus dirahasiakan. Oke, kalau begitu, darimana kita tahu kalau benar2 ada orang yang melihat kalau David benar2 melompat, bukannya terjatuh ataupun dijatuhkan orang?
8. Data tentang David dan FYP (Final Year Project) nya telah dihapus dari database NTU. Hanya dalam 2 hari, NTU langsung menghapus data topik FYP yang sedang David kerjakan, adakah alasan khusus dibalik keterburu-buruan pihak NTU untuk menghapus data tersebut? Tidakkah ada rasa ingin mengenang salah satu mahasiswa berprestasinya, alih-alih langsung menghapus data, seakan David tidak pernah kuliah disana?
9. Polisi Singapore menahan Laptop milik David dan akan dikembalikan setelah penyelidikan selesai. Untuk apa?
10. Pisau yang ada di TKP, dilaporkan berasal dari hall 4, itu hasil investigasi? Atau hanya karangan? Seorang teman di NTU berkata bahwa biasanya seorang dosen memiliki pisau kecil di ruangannya yang biasa digunakan untuk memotong buah. Jadi? Itu pisau milik David Hartanto atau Chan Kap Luk?
11. Waktu kejadian adalah sekitar jam 10.45 waktu Singapore hari Senin, apakah tidak terdengar aneh jika hanya sedikit sekali mahasiswa yang ada dan menyaksikan kejadian? Adakah tekanan dari pihak NTU untuk tutup mulut?
12. Senjata yang ditemukan -pisau buah 10cm- ditemukan tanpa gagang, dimanakah gagangnya? Mengapa tidak dilakukan analisa sidik jari? Jelas tidak mungkin menusuk seseorang tanpa menggunakan gagang pisau, jadi entah siapapun yang menusuk siapa, pasti ada gagangnya, namun pemberitaannya belum jelas.
Pemberitaan miring yang disebutkan media pun tidak berdasar, berikut klarifikasinya:
1. David berniat membunuh Professornya lalu bunuh diri meloncat. Di dalam ruangan tersebut hanya ada David dan Professor, David telah tiada, dan kesaksian yang bisa didengarkan hanyalah dari Professor, darimana kita tahu kalau kesaksian tersebut benar? Tanpa bukti2 yang cukup, kesaksian Professor tersebut tidak bisa dijadikan alasan untuk menyalahkan David.
2. David dikatakan stress karena beasiswanya dicabut, bahkan dia salah sasaran, yaitu mengamuk ke dosen pembimbingnya. Tidakkah hal itu terdengan sangat aneh? David sangat tahu dengan jelas bahwa beasiswanya diberhentikan karena prestasinya menurun, bukan salah Professor itu. Pihak keluarga telah diberitahu sejak hari pertama diberitahukan bahwa beasiswanya diberhentikan, dan pihak keluarga menerima, dan mampu untuk membayarnya, David juga bersikap biasa2 saja tentang pemberhentian beasiswanya. Bagi yang mengenal dia, tentu tahu bahwa dia orang yang sangat cuek, hal ini juga dapat dilihat dari post edwin.
3. Dikatakan pula, bahwa David depresi karena tidak mampu menyelesaikan FYPnya. Seorang rekan David disana menyatakan bahwa FYP David hampir selesai. Dia tidak pulang ke Indonesia pada akhir semester lalu, karena ingin berkonsentrasi menyelesaikan FYPnya. Bagi yang mengenal David, apalagi kami teman sekolahnya, tentu tahu, David sejak dulu memang ketagihan game, tapi 1 hal, dia selalu mengerjakan tugas dan PRnya dengan baik, tanpa bantuan orang lain apalagi menyalin hasil pekerjaan orang lain. Jadi, jika dikatakan dia menyerang dosen pembimbingnya karena FYPnya tidak selesai, hal itu benar2 tidak masuk diakal.
4. David diberitakan pula menghilang dari pergaulan selama kurang lebih 1 minggu sebelum kejadian, namun keluarga David tahu yang sebenarnya, David sedang berkonsentrasi untuk menyelesaikan FYPnya, jadi pernyataan bahwa David menghilang dari pergaulan karena sedang depresi dan ingin membunuh itu sangat tidak valid, karena saat itu dia banyak chatting dengan kakaknya, bahkan bermain game online bersama temannya di Indonesia. Terlihat seperti orang depresi yang mau membunuh dosennya? Tidak sama sekali!
Saat ini fakta-fakta yang muncul setelah menyingkirkan pemberitaan media adalah:
1. David meninggal jatuh dari lantai 4, tanpa luka sayatan di pergelangan tangan, dan dengan luka di bagian leher, serta bagian bokong berlumuran darah.
2. Sang Professor keluar dari rumah sakit dalam 2 hari, tanpa kejelasan dan foto apakah dia terluka atau tidak.
3. Pisau tidak jelas berasal darimana, dan ditemukan tanpa gagang..
4. Pihak universitas menutup-nutupi kejadian ini.
Spekulasi dan kemungkinan- kemungkinan:
Apakah benar David menyerang professor saat dia sedang membungkuk menghadap ke layar komputer? Jika itu benar, maka tidak mungkin saat ini professor tersebut telah pulang ke rumahnya dalam 2 hari sejak kejadian.
Apakah sang professor tersebut yang justru menyerang David?
Tidak tahu, namun jika ya, apa motifnya?
Saat ini santer beredar di Singapore kabar bahwa sang Professor ingin merebut FYP milik David.Karena di Singapore untuk menyelesaikan kuliah harus membuat makalah ilmiah/FYP. Hal ini didukung oleh kesaksian teman David yang mengatakan FYP David hampir selesai. Apakah mungkin seorang dosen dan Professor dari universitas terkemuka di negara maju mau merebut FYP milik mahasiswanya sendiri? Apakah ini motif sesungguhnya? Kita tidak tahu!
Apakah ada orang ketiga dalam kasus ini?
Kita tidak juga tahu.
*** Ming, saat ini lo udah ga ada, ga ada lagi yang bisa kita lakukan buat lo, selain pulihin nama baik lo, dan menyatakan kebenaran, lo istirahat yang tenang aja disana..
RIP, ming..***
tags
humaniora
Sabtu, Februari 07, 2009
Mereka yang Berbeda
Papah,mengapa di dunia ini ada pemisahan gender Pria-Wanita,tetapi tidak untuk Waria,padahal mereka nyata2 ada ?
Papah,jika Allah mengharamkan pria menyerupai wanita atau sebaliknya,mengapa Allah menciptakan rasa-jiwa yang berbeda pada waria; mengapa tidak diciptakan saja pria yang benar2 pria,dan wanita yang sungguh2 wanita ?
.....................
Itulah pertanyaan2ku yang tidak terjawab oleh papah hingga beliau tiada.Beliau hanya menjawab."Selalu ada misteri di dunia ini yang kita belum sanggup memecahkannya".
Tetapi aku selalu mencari tahu jawabnya.Karena akupun 'berbeda'.
Eitts,tunggu dulu..Aku berbeda bukan karena aku waria.Tetapi aku berbeda dlm pemikiran2ku,dlm jangkauan olah fikirku,yg kadang2 jarang diterima orang lain sebelum sungguh2 dicerna,dan perbedaan itu sedikit banyak telah 'menyiksaku'.
Dan aku merasa, kaum waria itupun tentu lebih tersiksa dibanding diriku yg jelas2 bergender wanita dlm fisik dan rasa..
Aku selalu memberi perhatian lebih kepada kaum waria,karena aku merasa sangatlah tidak adil membuang mereka.Dari beberapa kali pembicaraan dengan mereka,aku tahu kata-kata pertama yg mereka ucapkan selalu "Bukan mauku untuk begini,tapi aku terlahir dlm keadaan seperti ini"
Karma ? Tentu bukan. Hukuman ? Pasti tidak.Tapi mengapa diantara begitu banyak umat manusia ini, koq mereka yg 'terpilih' untuk menjalani kondisi seperti itu ?
Jika penyandang penyakit HIV dikucilkan,dihindari karena penyakitnya,itu krn kesalahan mereka sendiri,bukan ? [atau kesalahan generasi terdahulunya yg membuat penyakit itu bisa terjangkit].Tapi untuk kaum waria ini,bukan mutlak kesalahan mereka sendiri,bukan ? Lantas mengapa keberadaannya tidak diakui dlm penggenderan,bahkan Allahpun mengharamkan..? Mengapa ?
Masih jelas kuingat ketika aku membuat satu nick 'Devy' di suatu situs chat dulu,dan pd profilenya aku mengosongkan kotak M/F, tapi di bawahnya aku tuliskan "Aku seorang waria".
Saat itu aku tidak sedang mengolok-olok waria,namun aku hanya ingin tahu reaksi orang lain,dan hanya ingin tahu pula,mengapa hanya ada 2 kolom di setiap form registrasi dimanapun di dunia,yaitu kolom M [male] dan kolom F [female].
Apa yg terjadi sesudah aku mencoba chat dengan nick waria tersebut ?
Banyak PM [Private Message] yg masuk; ada yg tertawa menyebutku lucu,ada yg menyebutku kreatif,ada yg bertanya apa betul aku waria,dll.Satu hari,aman sudah.
Tapi hari berikutnya aku menjadi bulan2an di chatroom dan shout.Mengapa ? Karena ada yg menuduhku betul2 waria ! Apa akibatnya ? B-A-N-N-E-D..
Ya,nick Devy dibanned oleh seorang moderator.Padahal aku tidak membuat rusuh :)
Itu hanyalah salah satu upayaku mencari tahu bagaimana pandangan orang terhadap kaum waria.
Aku sendiri punya teman waria,bernama Dini.Cantik,lembut,feminin,rapi,dalam banyak hal malahan ia 'lebih wanita' dibanding para wanita betulan.Suatu saat ia pernah bertanya kepadaku,mengapa aku mau berteman dengannya.Kujawab,"Karena kita sama-sama orang yang dijuluki berbeda". Begitulah jawabku.
Aku berbeda karena jalan fikiranku yang Inverse-Thinking, dan dia berbeda karena Rasa-Jiwa yang bertolakbelakang dengan fisik.
Aku hanya memimpikan kelak suatu saat nanti akan ada pengakuan keberadaan waria sebagai satu 'gender' selain pria dan wanita, dan mendapatkan hak hidup,bersosialisasi,dan berekspresi sebagaimana pria dan wanita asli.Pelarangan penayangan kewaria-an di televisi sebenarnya sudah mengebiri salah satu hak untuk bersosialisasi dan berekspresi.Mengapa takut untuk melihat pada kenyataan bahwa kaum waria sebetulnya ada,bahkan banyak.Mengapa takut dengan pertanyaan2 anak kecil tentang waria; toh tinggal dijawab saja bahwa mereka memang ada.Bukan untuk diperolok,bukan untuk disembunyikan,bukan untuk dihindari,bukan untuk dihilangkan dari pandangan.Tetapi diakui keberadaannya, untuk dihargai sebagai manusia juga......
***Didedikasikan untuk mereka..salam persahabatan yg tulus dari lubuk hati Winny Muthia***
Papah,jika Allah mengharamkan pria menyerupai wanita atau sebaliknya,mengapa Allah menciptakan rasa-jiwa yang berbeda pada waria; mengapa tidak diciptakan saja pria yang benar2 pria,dan wanita yang sungguh2 wanita ?
.....................
Itulah pertanyaan2ku yang tidak terjawab oleh papah hingga beliau tiada.Beliau hanya menjawab."Selalu ada misteri di dunia ini yang kita belum sanggup memecahkannya".
Tetapi aku selalu mencari tahu jawabnya.Karena akupun 'berbeda'.
Eitts,tunggu dulu..Aku berbeda bukan karena aku waria.Tetapi aku berbeda dlm pemikiran2ku,dlm jangkauan olah fikirku,yg kadang2 jarang diterima orang lain sebelum sungguh2 dicerna,dan perbedaan itu sedikit banyak telah 'menyiksaku'.
Dan aku merasa, kaum waria itupun tentu lebih tersiksa dibanding diriku yg jelas2 bergender wanita dlm fisik dan rasa..
Aku selalu memberi perhatian lebih kepada kaum waria,karena aku merasa sangatlah tidak adil membuang mereka.Dari beberapa kali pembicaraan dengan mereka,aku tahu kata-kata pertama yg mereka ucapkan selalu "Bukan mauku untuk begini,tapi aku terlahir dlm keadaan seperti ini"
Karma ? Tentu bukan. Hukuman ? Pasti tidak.Tapi mengapa diantara begitu banyak umat manusia ini, koq mereka yg 'terpilih' untuk menjalani kondisi seperti itu ?
Jika penyandang penyakit HIV dikucilkan,dihindari karena penyakitnya,itu krn kesalahan mereka sendiri,bukan ? [atau kesalahan generasi terdahulunya yg membuat penyakit itu bisa terjangkit].Tapi untuk kaum waria ini,bukan mutlak kesalahan mereka sendiri,bukan ? Lantas mengapa keberadaannya tidak diakui dlm penggenderan,bahkan Allahpun mengharamkan..? Mengapa ?
Masih jelas kuingat ketika aku membuat satu nick 'Devy' di suatu situs chat dulu,dan pd profilenya aku mengosongkan kotak M/F, tapi di bawahnya aku tuliskan "Aku seorang waria".
Saat itu aku tidak sedang mengolok-olok waria,namun aku hanya ingin tahu reaksi orang lain,dan hanya ingin tahu pula,mengapa hanya ada 2 kolom di setiap form registrasi dimanapun di dunia,yaitu kolom M [male] dan kolom F [female].
Apa yg terjadi sesudah aku mencoba chat dengan nick waria tersebut ?
Banyak PM [Private Message] yg masuk; ada yg tertawa menyebutku lucu,ada yg menyebutku kreatif,ada yg bertanya apa betul aku waria,dll.Satu hari,aman sudah.
Tapi hari berikutnya aku menjadi bulan2an di chatroom dan shout.Mengapa ? Karena ada yg menuduhku betul2 waria ! Apa akibatnya ? B-A-N-N-E-D..
Ya,nick Devy dibanned oleh seorang moderator.Padahal aku tidak membuat rusuh :)
Itu hanyalah salah satu upayaku mencari tahu bagaimana pandangan orang terhadap kaum waria.
Aku sendiri punya teman waria,bernama Dini.Cantik,lembut,feminin,rapi,dalam banyak hal malahan ia 'lebih wanita' dibanding para wanita betulan.Suatu saat ia pernah bertanya kepadaku,mengapa aku mau berteman dengannya.Kujawab,"Karena kita sama-sama orang yang dijuluki berbeda". Begitulah jawabku.
Aku berbeda karena jalan fikiranku yang Inverse-Thinking, dan dia berbeda karena Rasa-Jiwa yang bertolakbelakang dengan fisik.
Aku hanya memimpikan kelak suatu saat nanti akan ada pengakuan keberadaan waria sebagai satu 'gender' selain pria dan wanita, dan mendapatkan hak hidup,bersosialisasi,dan berekspresi sebagaimana pria dan wanita asli.Pelarangan penayangan kewaria-an di televisi sebenarnya sudah mengebiri salah satu hak untuk bersosialisasi dan berekspresi.Mengapa takut untuk melihat pada kenyataan bahwa kaum waria sebetulnya ada,bahkan banyak.Mengapa takut dengan pertanyaan2 anak kecil tentang waria; toh tinggal dijawab saja bahwa mereka memang ada.Bukan untuk diperolok,bukan untuk disembunyikan,bukan untuk dihindari,bukan untuk dihilangkan dari pandangan.Tetapi diakui keberadaannya, untuk dihargai sebagai manusia juga......
***Didedikasikan untuk mereka..salam persahabatan yg tulus dari lubuk hati Winny Muthia***
tags
humaniora
Langganan:
Postingan (Atom)