Siapapun tentu terkejut dengan kasus yang kini mengaitkan sosok Antasari.
Bukan wewenang aku, kita, untuk menyatakan beliau bersalah/tidak.
Namun dari berbagai tayangan media, aku melihat adanya dua hal yang terasa 'dipaksakan' dalam kasus tersebut.
Hal pertama adalah pembentukan opini untuk public-consumption yang mengacu pada bukti2 yang 'DIARAHKAN' untuk membentuk prejudgement terhadap Antasari, sehingga dari awal kasus ini mencuat, beliau seolah telah divonis sebagai tersangka,walau belum menjalani penyidikan satu kalipun.
Hal kedua adalah novum2 [bahasa hukum dari 'bukti'] yang hanya diarahkan kepada skandal perebutan wanita, walau musykil rasanya seorang Antasari bisa memerintahkan pembunuhan hanya karena perkara sepele semacam itu.
Sebagai orang awam aku hanya berharap bahwa kasus ini tidak menjadi kasus yang sama halnya dengan pembunuhan Munir, pahlawan Hak Asasi Manusia yg pernah Indonesia miliki. Mengapa ? Karena feelingku mengatakan, ada banyak silent-touch dari pihak tertentu yang secara tak langsung telah mengendalikan kasus tersebut, tanpa disadari oleh banyak pihak, bahkan mungkin oleh korban Nasrudin atau Rani sendiri.
Jadi mungkin memang ada benarnya pendapat dari seorang ahli intelejen bahwa benang merah pada kasus Antasari nampaknya berada pada sosok Sigit.. hehehe..