Selasa, April 28, 2009

Perempuan Indonesia di Lintas Batas -part 2-

Kedatanganku kembali ke Malaysia selain untuk urusan usaha songkok kakekku, juga karena aku berhasil mendapatkan kesempatan beasiswa program diploma di UTAR [Universitas Tunku Abdul Rahman] untuk jurusan Social Psychology - Public Relations di Faculty of Arts and Social Science.
Cita2ku sejak kecil memang ingin besar di Malaysia, selain karena ingin meneruskan pendidikan yg sejak elementary sudah ditempa di Malaysia, juga karena jarak Malaysia-Singapura sangat dekat, untuk menjalani program intensif penyembuhan sakitku di National University Hospital Singapore.

Alhamdulillah dengan info2 yg kudapat dari hubungan dekatku dengan staff2 Konjen RI disana, aku berhasil menembus juga program beasiswa di UTAR.
Dari Indonesia hanya ada dua orang, yaitu aku dan Sarwendi KS dari Jakarta, yg mendapat beasiswa di bidang sudy Teknik Informatika.

Karena program berlangsung mulai 8 Januari 2008, selama 4 bulan {Sept-Des 07]aku harus menjalani semacam program persamaan, yaitu fokus ke bimbingan Bahasa Inggris dan Mandarin, 4 kali dalam seminggu.
Dengan sendirinya maka aku masih mempunyai waktu luang yang lumayan banyak.
Aku kost di 373 Jl.6/7 Petaling Jaya, dan di akhir minggu aku tinggal di Johor Bahru, di rumah milik kakekku yg cuma didiami sekali2 jika ada anggota keluarga datang dari Bandung untuk mengecek usaha di Air Hitam.

Persahabatnku dengan Emi tetap terjalin manis.
Ketika baru tiba dari Indonesia, aku membawa dua lusin jeans buatan Bandung, yg dengan bantuan Emi, dijual ke teman2 asramanya.Jeans itu laku keras dgn keuntungan dua kali lipat.. wahahaha..
Aku berpikir, jika aku ambil lagi barang dari Bandung, tentu akan berat di ongkos.Jadi atas saran papah via telepon waktu itu, aku coba pergi ke Klang [2 jam dari Kulai], dgn naik kereta api.

Klang memang pusat jeans juga, harganya cukup murah walau modelnya masih kalah jauh dari jeans Bandung. Tapi dari sana juga aku bisa dapatkan Tshirt2 Converse yg lucu2,juga tas2 Adidas buatan Kelantan.
Jadi sambil berjalan2 dan main, akupun membeli 1 lusin jeans, 1 lusin Tshirt Converse, dan 6 buah tas adidas.
Dengan menjadikan diriku sendiri sebagai mannequin [pakain kojo-ku : kaus Converse putih, jeans hitam, tas adidas merah,he he..], barang jualanku itu habis ludes juga.
Aku sangat surprised, tapi aku sadar bahwa aku nanti tidak bisa fokus kuliah jika nymbi2 terus.
Maka kuwariskan sedikit ilmu dagangku itu kepada Emi untuk melanjutkannya.
Aku mengajarinya untuk tidak terpaku pd satu jenis barang dagangan saja, karena mode dan selera orang itu bisa cepat sekali berubah.
Di hari Minggu pagi, kadang kuajak Emi membuat puding coklat dalam cup2 kecil yang kubawa dlm box Tupperware untuk dijual di depan asrama TKW. Uang hasil penjualan itu keuntungannya kubagi dua dengan Emi.
Itulah yg kutularkan pada Emi, semangat untuk mandiri tanpa perlu menjual diri.Aku berharap Emipun dapat menularkannya kembali kepada teman2 pekerja wanita dari Indonesia.

Kurang lebih 1 bulan mondar-mandir KL[Kuala Lumpur]-Selangor-JB [Johor Bahru],aku merasa badanku tidak fit, kesehatanku makin menurun. Mungkin aku kecapekan..
Aku sampaikan kepada Emi, mungkin aku tidak bisa lagi sering2 ke JB.Saat itu ia menangis tak henti2.


Aku bilang, dengan atau tanpaku, dia harus bisa tetap semangat, karena dia terikat kontrak kerja dua tahun.Ia memaksa ingin pulang saja ke Indonesia, kabur dengan tongkang. Aku kaget dengan reaksinya yg sedemikian ekstrim. Tapi di sisi lain, keingintahuanku terusik. Maka aku berujar kepadanya, aku ingin tahu bagaimana cara pulang ke Indonesia dengan tongkang itu.Mulanya Emi tutup mulut, tapi karena kudesak terus, akhirnya Emi mengaku punya teman pria seorang TKI illegal asal Tasikmalaya yg biasa pulang pergi Indonesia-Malaysia tiap enam bulan sekali dengan tongkang.

Ketika aku dikenalkan oleh Emi kepada temannya itu [Gugun namanya], mula2 aku disangkanya wartawati Malaysia..hahaha.. Tapi lagi2 aku mengeluarkan jurus ampuhku : menggunakan Bahasa Sunda-halus untuk berkomunikasi dengan Gugun.

Gugun adalah pekerja bangunan yg berangkat dari Indonesia dengan ditipu oleh agen-perorangan TKI di Jakarta Utara .Ia mengeluarkan uang lima juta rupiah untuk bekerja di Malaysia, tapi nyatanya malah diberangkatkan tanpa paspor dan melalui laut.
Dari Gugun aku mendapat informasi bahwa sejak awal proses pemberangkatan, para wanita Indonesia calon TKW ternyata telah menerima perlakuan tak senonoh dari tenaga medis yg ditunjuk oleh pemerintah.

Gugun memiliki seorang kekasih asal Sumedang yg berangkat dengan paspor resmi, dan bercerita bahwa ketika menjalani pemeriksaan kesehatan di Cianjur, mereka disuruh bugil dengan alasan untuk memeriksa apakah fisik mereka cacat/tidak.
Bugil, diraba2 di ruang tertutup, tanpa bisa melawan. Oh My God... ! Itu proses dengan paspor RESMI !

Kembali ke Gugun, ia rutin pulang pergi dengan tongkang selain karena tidak memiliki paspor, juga karena biayanya sangat murah, hanya sekitar RM350 untuk tujuan Sekupang Batam. Dari Batam, ada banyak cara untuk bisa pulang ke Tasikmalaya. Tapi Gugun biasanya memilih naik pesawat udara.

Aku tidak bisa membayangkan seperti apa naik tongkang itu. Tapi dari Gugun aku mendapatkan gambaran bahwa perjalanan itu selalu dilakukan sekitar pukul 10 atau 12 malam dan tidak bisa sembarang waktu, karena tergantung keadaan laut apakah sedang pasang atau tidak.
Biasanya dalam satu kali pemberangkatan ada sekitar 7-8 orang Indonesia,dan 5-6 orang diantaranya adalah wanita !
Perjalanan dengan tongkang itu memakan waktu sekitar 1 1/2 jam dengan rute melingkar2 untuk menghindari patroli perbatasan. Sekali dua kali pernah ada yg tertangkap patroli, dan umumnya langsung masuk sel/penjara, dan lagi2 untuk kaum wanita yg tertangkap biasanya ditambah dengan penderitaan pelecehan sex yang bertubi2 tergantung masa penahanan.
Kepalaku pening mendengarnya, lagi2 harkat wanita Indonesia sudah sangat rendah bahkan di mata warga negara tetangga serumpun sendiri !

Aku pribadi sangat menentang keinginan Emi untuk pulang.
Aku bisa saja meminjamkannya ongkos pulang naik pesawat, tapi yg dia perlukan adalah paspor. Paspor resminya ditahan oleh perusahaan tempatnya bekerja hingga masa kontrak kerja yg dua tahun itu selesai.

Dalam kondisi tubuh yg mulai drop karena sakitku, di hari Sbtu terakhir berkunjung ke JB, aku menyempatkan diri mengajak Emi untuk datang ke Konjen RI. Disana aku berkonsultasi dengan Pak Agus, dan akhirnya Emi digiring untuk membuat SPLP [Surat Laksana Perjalanan Paspor] agar bisa pulang ke Indonesia dgn gratis,aman dan dikawal oleh TNI dengan menggunakan kapal tanker Indonesia.
SPLP itu dibuat dengan biaya RM50, dan nantinya Emi akan dipulangkan dgn ribuan TKI illegal lainnya dua minggu ke depan.

Pagi hingga siang di Konjen, sorenya aku membantu Emi mengepak barang yg akan dibawa [kabur] ke Indonesia, dan membantu menyusupkannya keluar melewati gerbang security, untuk dititipkan sementara kepada Gugun, sebelum jadwal pelarian dgn kapal tenker itu tiba.

Ya, itulah upaya terakhirku menolong Emi.
Dengan tubuh lemas hampir pingsan karena sakitku, aku melewati pos security asrama dengan ransel berisi barang2 Emi. Statusku sebagai tamu berbekal ID card dari university dan pasportku, cukup memuluskan usahaku itu, ditambah sedikit rayuan dalam bahasa Melayu dan kerdipan mata tentunya :)

Di pagar asrama aku berpisah dengan Emi diiringi pelukan dan isak tangisnya.
Sungguh suatu persahabatan yg indah.., tak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa aku bisa bersahabat dengan seorang TKW sekaligus menolongnya untuk pulang dengan aman, tidak dengan tongkang.

Dua minggu setelah itu, aku mendapat kabar via telepon bahwa Emi jadi pulang ke Indonesia.
Saat itu aku sudah masuk ruang rawat di National University Hospital Singapore karena berkali2 tak sadarkan diri, hingga akhirnya mamah datang menjemputku pulang ke Indonesia..


* bersambung *

Perempuan Indonesia di Lintas Batas -part 1-

Nara sumberku bernama Emi Anisah, seorang gadis berusia 21 tahun (saat itu) dari sebuah Dusun di Purworejo.
Ia berangkat ke Malaysia sebagai TKW karena desakan ekonomi, dengan beban dua orang adik dan seorang ibu sakit-sakitan yang ditumpukan kepadanya.

Awal perkenalan kami berlangsung sekitar tahun 2007, ketika aku sedang dalam perjalanan pulang dari Terminal Bus Larkin di Johor Bahru City (JB) selepas mengecek purchasing songkok di usaha retailer kakekku di seputar Jalan Air Hitam.
Ia duduk tepat di sebelahku,dalam sebuah bus rute 207 yang melaju menuju Airport Senai, Johor bagian Selatan.
Mengenakan kacamata hitam - kacamata hitam adalah trade mark para TKI di Malaysia ketika itu – bercelana jeans dengan rumbay benang di ujung bawah kakinya,menyandang tas Adidas, dan sandal hak tinggi manik2 yang sedang trendy saat itu,awalnya ia bersikap ketus kepadaku.
Mungkin ia menganggapku seorang Malaysian atau Singapura..
Namun kekakuannya segera mencair ketika aku menyapanya dalam bahasa Jawa, “Badhe tindak pundi,mbak ?”
Ia langsung tertawa renyah dan kamipun berkenalan.

Bekerja di Mitsubishi,pabrik elektronik yang mengemas casing televisi produk Philips , Emi ditempatkan di Asrama Perindu, kala itu berupa tiga bangunan bertingkat 5 di Senai,yang berada di tengah2 hamparan tanah luas bekas areal perkebunan.
Kawasan tersebut saat itu terkenal dengan keangkerannya.Jika lewat jam 10 malam waktu Malaysia,berkeliaran banyak tenaga kerja pria illegal asal Bangladesh,yang sering melakukan tindak perkosaan kepada tenaga kerja wanita asal Indonesia dan Philipina.

Sejak perkenalan itu,kami menjadi akrab dan kadang2 pada hari Ahad/Minggu berjumpa di Terminal Larkin yang serupa rest area dengan tambahan toko2,rumah makan dan lobby di dalamnya.
Ia selalu sendirian saja, sama sepertiku.
Dan ia senang membuntutiku naik turun bus atau taxi.Biasanya ia kuajak ke toko buku,ke Pelangi mall,atau ke perbatasan Singapura.Walau kadang2 tidak nyambung karena keterbatasan pendidikannya,tapi ia mau belajar apa saja.
Biasanya aku mengajarinya sedikit percakapan sederhana dalam Bahasa Inggris, atau menceritakan isi buku yang kubeli dengan bahasaku sendiri.
Seringkali juga ia mentraktirku makan di Mary Brown Fried Chickens, atau ke Robby Store,membelikanku pernak pernik aksesoris.
Sungguh persahabatan yang indah tanpa memperdulikan latar belakang kami yang jauh berbeda…. Ia sangat mengistimewakanku,itu yang membuatku sangat terharu.
Awalnya aku mengira, mungkin ia kesepian.
Tapi setelah agak lama menyelami kepribadiannya, aku mendapati kalau kelihatannya ia lebih cerdas dari teman2 TKW lainnya, dan mempunyai prinsip kuat.. Itulah mungkin yang membuatnya lebih sering sendirian kesana kemari jika sedang offday/libur kerja.
Jauh berbeda dengan teman2 sesamanya yang nampak selalu bergerombol bila bepergian.

Darinya aku banyak menggali berbagai hal yang selama ini sangat ingin kuketahui.
Bukan hanya dari penuturannya,tetapi kadang2 ia mengajakku melihat sendiri, menyelami,dan berada di Asrama, berkenalan dan bergaul dengan para TKW yang berasal dari Jawa dan Palembang.
Kadang ia meminjamkan pakaian kerjanya agar aku bisa ikut menumpang dalam bus antar jemput secara gratis 

Tiga minggu mengenalnya, aku mulai mengetahui siklus kehidupan para TKW di asrama tersebut..Mereka bekerja secara shift dari pukul 08.00 sampai pukul 17.30 waktu Malaysia, Senin sampai Jumat.Hari Sabtu dan Minggu adalah offday.
Untuk mereka yang rajin, Sabtu dan Minggu dimanfaatkan untuk bekerja lembur di departemen lain, dengan upah 1.5 kali lipat dari hari biasa,dan dihitung per jam.
Namun untuk mereka yang senang bersantai, Sabtu dan Minggu adalah hari untuk berkencan  ,pergi berombongan ke berbagai tempat atau mall.

Usia mereka berkisar antara 19 - 27 tahun, dan banyak diantaranya yang sudah menikah di kampungnya.Dari cerita Emi aku menjadi tahu seperti apa teman2 angkatannya, kebiasaan mereka, bahkan sekali dua kali aku pernah diajak bergabung dan berbincang.
Emi mungkin hanya segelintir TKW yang betul2 serius bekerja untuk mencari uang, ia tidak punya handphone, tidak punya teman kencan, dan tidak modis. Murni bekerja, OT [overtime/lembur], pergi berjalan2 di hari weekend murni untuk refreshing mengusir kejenuhan dan rasa rindu kepada keluarga dan saudara di kampung halaman.Itulah salah satu alasan mengapa ia sering tampak sendirian.

Dari pergaulanku dengan teman2 TKW Emi lainnya,aku melihat banyak diantaranya yang memiliki handphone bagus, berdandan menor dan modis. Kadang kulihat mereka bergerombol di beberapa ruas jalan.
Mulanya aku tak tahu untuk apa dan mengapa para TKW itu berada disitu… karena gadis2 Malaysia sendiri jarang kulihat berkeliaran tanpa tujuan di jalan2. Apalagi untuk kota kecil seperti Senai, yang masih lebih banyak terdapat gadis berbaju kurung yang masih polos dan santun.Di mall, di food court, di terminal, selalu kulihat lebih banyak wajah2 Indonesia yang bergerombol dengan gaya atraktif.
Namun akhirnya aku tahu dengan sendirinya, mereka bergerombol disana untuk mencari teman kencan yang umumnya adalah Om2 Chinese yang berasal dari seputaran Pasir Gudang atau bahkan dari Singapura.
Kenyataan itu sangatlah mencengangkan, terlebih bagiku yang sebelumnya sangat pro dan menghargai perjuangan kaumku di luar negeri untuk menambah devisa Negara.
Itulah sebabnya jenis handphone yang di Indonesia harganya masih mahal sekalipun, bisa terlihat di genggaman para TKW, itu umumnya adalah pemberian para tauke Chinese untuk memudahkan komunikasi dan mengatur saat2 jumpa kencan.

Pada beberapa kesempatan berkunjung ke Asrama Emi, aku membaca papan berita dan info yang berada tepat di sebelah Pos Security di dekat gerbang masuk.
Suatu kali, aku melihat sebuah celana dalam wanita [maaf] ditempel disitu.
Di bawahnya tertulis nama seorang TKW Indonesia : S.Y. [kusingkat ya..].. dan tulisan di bawahnya sangat membuatku geram. Kenapa ?
Tertulis disitu kronologis penggerebekan di sebuah penginapan murah di Pecinan Johor Bahru City, lengkap dengan hari,tanggal,dan jam. Dan penggerebekan itu membuahkan hasil, ditemukannya seorang TKW bernama S.Y. sedang bergumul dengan seorang Chinese asal Singapura.Yang lebih menyesakkanku, tertulis disitu bahwa ternyata wanita tersebut sedang dalam keadaan hamil 2 bulan !
Dan celana dalam tersebut dipampang sebagai barang bukti.

Aku tidak tahu pasti bagaimana kelanjutan kasus tersebut, karena dua hari setelahnya aku kebetulan harus pulang dulu ke Indonesia.
Saat pulang, aku membawa banyak uang titipan dari Emi dan beberapa orang temannya untuk dikirimkan ke orangtua masing2 via wesel setibanya ku di Jakarta nanti.

Pada bagian dua tulisanku ini, aku akan menceritakan lebih jauh lagi tentang kehidupan TKW yang sebenarnya di Malaysia..
Tunggu ya..

Sabtu, April 25, 2009

Why W.. Why SS ?

Whiterose
Whitelily
Whitesilk
Whiteheart
Whiteswan
Windchimes..

Itu adalah nama2 yang pernah kuabadikan sebagai nama situs2 dan blog2ku, walau semua kini vakum, tinggal blogspot inilah terminal tulisanku saat ini.
Mengapa nama2 itu yang kupilih ?
Sebab aku sangat menyukai keindahan.. dan nama2 itu terdengar sangat romantik..wihihiii..
Tetapi dari kesemuanya, hanya frasa SILENT SPEAKS yang amat sangat kusuka.. ada cerita di balik pemilihan frasa tersebut sebenarnya,guys.. namun jika kamu2 punya insting dan sixthsense yang kuat, kamu pasti bisa menangkap sesuatu di balik frasa SILENT SPEAKS yang kamu ucapkan..seperti juga initial WM yg kian sering disandangkan orang untukku.. wahahahahahahaaaa suwerrrr !

Jumat, April 24, 2009

Prosaku

Aku tidak pernah menyebut karyaku itu sebagai novelette, atau cerpen, atau cerber, sebagaimana orang-orang menyebutnya. Mengapa demikian ?
Karena ciri khas karyaku itu terletak pada adanya rima [persamaan bunyi di ujung kalimat].Tak peduli beratus-ratus halamanpun,selalu ada rima di tiap halamannya.Sehingga walau terdapat alur cerita, tetap mengandung ciri sastra disitu.
Itulah perwujudan komitmenku terhadap dunia sastra.
Namun bukan berarti aku tidak suka membuat cerpen,cerber, dan sebagainya.
Dulu, semasa bersekolah di sekolah dasar, akupun membuat cerpen,cerber, selain puisi,yang rutin mengisi beberapa majalah anak-anak.
Tetapi kuakui memang karyaku kental dengan pengaruh sastrawan Kahlil Gibran, dan 'penokohan' dalam cerpen2ku kental dengan pengaruh penulis N.H. Dini.

Dibalik itu semua, aku punya rahasia : sssstt.. aku sangat tidak suka membaca chicklit.. wahahaha.. Aku menganggap chicklit itu identik dengan krupuk.. kriuk2 krenyes2, suaranya heboh, namun tidak mengenyangkan.. tidak ada kesan yang diperoleh.. wihihiii..

Shirodan Bara.. [Selembar Nyawa]

[cuplikan prosa 'Namaku Yasushira - part 1' by Winny Muthia]

Pucuk sakura mengintip dari balik jendela, merekahkan pagi yang masih redup terhela..
Yasushira mengernyitkan dahi menahan nyeri, sakit tak terperi, ujung kaki hingga jemari.
Mencari-cari sekelebat sinar mentari, mungkin enggan menghampiri.
Ingin memutar waktu membalik kenang atas diri, tak terdapati.., entah mengapa jejak-jejak itu sedemikian cepat terhapus pergi..
Sunyi masih menanti, namun bara menggeliat memanggang hati,
cepat atau lambat, nyawanya kan terganti..
Hareteiru noni totsuzen ame ga pora pora futte kitsune no yomeiri
Hoka no hito wa umakudamaseta darou
Watashi wa sarushibai da to sugu wakaru..

Mengerjap Mata

[cuplikan prosa 'Whiterose' by Winny Muthia]

Dan ketika kata-kata itu mengalir deras begitu rupa ;
"Tahukah kau, siapa yang selalu menantimu dalam relung malam berkabut jelaga ?
Tahukah kau, siapa yang mengusap pusara namamu di tiap menit berkilau air mata ?
Tahukah kau, siapa yang mengepakkan helai sayap cinta menuju tempatmu nun jauh berada ?
Tahukah kau, siapa yang menyuntikkan nafas dari nadinya, mengganti jiwamu yang telah tiada..?
Itulah aku.. hanya untukmu saja.."

Terkesiap aku mendengarnya.Sungguh tak kutahu, betapa dalam cinta itu menjelma..

Aku Menemukan Cinta..

Biarkan aku memandang wajahmu,
ketika kuukirkan semburat rasa yang menyalakan bara tubuhmu.
Aku lebur dalam pasrah yang melelehkan segala beku..

Biarkan aku memandang wajahmu,
ketika senja bermuara kepada malam,
dan cahya gemintang memutih bagai pualam,
memeluk harapku setinggi cakrawala,sedalam samudera,selembut tetes embun,seharum melati yang berumpun-rumpun,seindah tirani kasihmu yang diam-diam membelenggu..

Aku menemukan cinta,
Padamu..

Al Ashr [Demi Waktu]

dan ketika ufuk tlah memerah dengan semburat fajar,
pekik takbirku menyeruak menabuh gelegar
Allahu Akbar,
terima kasih Ya Allah,bumiku masih berputar..

Bagai Pedati di Kampung Sunyi

Mencumbu fajar, yang belum lagi menebar sinar,
denting genta gemerincing menapak jalan bebatuan..

Masihkah jauh, jalan ke pebukitan,
hingga jejakmu tetap mengikis setia rerumputan..

Kepada pagi, kepada siang dan malam,
yang menghunus sejumput harapan,
tak pernah berhenti,
sunyi meneriakkan isi hati..

Sabtu, April 18, 2009

Prudence without Anything. .

Begitu banyak teman pria yg mencoba menjalin persahabatan dgnku di chat,tetapi mayoritas selalu dgn embel2 'rasa'. . atau berusaha memanfaatkan sesuatu dariku [materi,dll]. Itu yg membuatku sebetulnya sangat tidak tertarik. Bila aku tidak merespons atau menghindar,sudah sangat biasa jika sebagian besar dr mereka menjelek2kan aku di cyber,dan menggiring opini bahwa Winny itu tidak baik,trouble maker,psikopat,hamil,cybersexmania,bla bla bla.Padahal Tuhan di atas sana Maha Menyaksikan semuanya. . :)

Tetapi dari kesemuanya itu,ada banyak pria jg yg sangat2 tulus kepadaku.Misalnya Brian, walau sdh berkeluarga tetapi ia menganggapku murni sbg adik.Ia sering tugas ke luar negeri,dan sekotak coklat dan gantungan kunci adalah kiriman2nya untukku,memupuskan gossip kmrn2 bhwa alamat Winny itu palsu.Juga Bang Fairiel,Fariz,Luthfi,Franz,mereka tergolong pria2 tulus yg menyupport aku dr jauh tanpa embel2 rasa,cinta,pemanfaatan materi,dll.Itulah pria yg gentle dan sejati menurutku. . :) aku bangga bersahabat dgn mereka. .

Jumat, April 17, 2009

Seseorang dari Masa Lalu. .

Sebuah PM di inbox account Facebookku membuatku terkesima.
'Hai cuplis. .apa kabarnya ni. . ?'
Sapaan singkat dan panggilan kesayangan itu,cuma dia yang biasa ucapkan.

Ingatanku melayang ke sekitar thn 2005,ketika aku,dia,dan kak Mela bersahabat di chat.Kami bertiga selalu bersama,sangat akrab.Sayang sekali sebuah gossip yg disebarkan oleh seorang lelaki yg dendam stlh kutagih pinjamannya sbsr 4 juta rp,merenggangkan persahabatan kami.

Dulu aku sering mengusilinya.Tiap malam minggu,saat dia apel dan bersama dgn pacarnya,aku sering miscall bolak balik hpnya. .hehe. .atau mengirim sms2 ledekan. .sampai kadang2 dia matikan hp karena berisik wahahaha. .

Dia senang menyanyi,senang lagu2 baru.Tapi jg setia menanti saat2ku operasi dulu.
Aku tidak menyangka dia msh mengingatku,karena kami memang sdh btl2 putus kontak,nmr hpnya sdh ganti.

Dia,bang Fairiel dr Samarinda,Kaltim. .dia abang angkatku yg mencariku via Facebook.
Aku bahagia banget menemukan kembali saudara angkatku di maya. . -hug-

Indonesian Career Women, Patterns and Way of Thinking

Jika kita melihat terutama di Jepang, Beijing, New York, Singapura, waktu disana amat sangat dihargai.Seluruh penjuru kota bergerak dinamik dan benar-benar hidup dari waktu ke waktu, bagai detak nadi yang tak pernah berhenti berdenyut.

Jika kita mau mengamati juga, sebenarnya mungkin hanya di Indonesialah fenomena servants dan nannies tumbuh subur,terutama di perkotaan dimana banyak wanita berkarier walau telah berumahtangga.

Dua hal yang berseberangan, “cara menghargai waktu” dan “fenomena servants-nannies yang tumbuh subur”, sebenarnya didasari oleh satu inti masalah yang sama, yaitu kemandirian.
Begitu banyak wanita karier yang mempercayakan kehidupan rumahtangganya kepada para servants, dan perawatan anak2nya kepada para nannies/baby sitter,itu semua dikarenakan posisi karier mereka yang sayang bila dilepas,sehingga acapkali mereka lupa kewajibannya sebagai istri dari seorang suami adalah mengurus rumahtangga dan anak, bukannya mencari penghasilan.
Disatu sisi mereka sangat mandiri,tidak bergantung terus menerus pada suami, namun di sisi lain sebenarnya mereka amat sangat bergantung kepada para tangan kanan tersebut[servants-nannies].

Seringkali aku mengamati kehidupan wanita karier di lingkungan keluargaku,dan lingkungan sekitar rumahku,betapa kebutuhan suami dan anak acapkali diserahkan total kepada para servants-nannies. Bahkan di akhir minggu, saat kantor tutup dan tidak ada aktivitas kerja sekalipun, boleh jadi pekerjaan servants-nannies itu malah bertambah banyak, karena sang “Boss Wanita” berada di rumah dan menginstruksikan extra pekerjaan2 rumah yang dalam kesehariannya tidak dilakukan, seperti membongkar lemari pakaian, membongkar gudang, memasak makanan2 spesial,dll.

Kembali ke awal bahasan, kuamati di luar negeri banyak wanita-bekerja membawa anak dalam gendongan, dlm kereta dorong, dlm mobil.Kadang kulihat wanita karier yang di sela2 kesibukannya, menyempatkan diri berbelanja ke supermarket membawa kantung2 belanja yang dibopong sendiri.
Aku juga kerap berpikir, begitu banyak peralatan elektrik yang menunjang pekerjaan rumah tangga dengan segala kecanggihannya.Mesin cuci otomatis yang cuciannya langsung kering,mesin cuci piring, microwave, bahkan kompor dengan timer,juga penyedot debu, semua didesain dengan kemudahan bagi penggunanya.
Di luar negeri semua itu dipergunakan dengan tepat dan optimal, sehingga tanpa bantuan servantspun kehidupan rumahtangga bisa berjalan dengan segala keteraturannya.

Lantas apa yang membuat wanita karier di luar negeri dan wanita karier di Indonesia sangat BERBEDA ? Jawabannya adalah kemandirian.
Kemandirian wanita karier di luar negeri membuat mereka sangat menghargai waktu.Sehingga seringkali segala hal dibuat based on time.Dari saat bangun pagi, siang, hingga malam menjelang, waktu dibagi dengan cermat, dengan pemanfaatan kecanggihan peralatan elektrik yang dapat menunjang. Sedangkan di Indonesia aku melihat,justru karier dijadikan sebagai tameng untuk tidak melakukan kewajiban2 sebagai istri.Dengan alasan lelah setelah bekerja seharian, dengan alasan waktunya habis untuk bekerja, gaji dan penghasilan yang mereka peroleh justru dipakai untuk membayar para servants dan nannies.. Bahkan pada kenyataannya, peralatan elektrik yang dibeli bukanlah untuk dipergunakan sendiri,melainkan menjadi UKURAN tingkat kesuksesan., begitu pula dengan jumlah servants dan nannies.

Aku sering berpikir, andai aku kelak menjadi wanita karier yang mempunyai anak dan suami, aku tidak ingin menerapkan pola pemikiran wanita karier Indonesia dalam kehidupan rumahtanggaku. Sebab menjadi istri dari seorang suami pada dasarnya memiliki konsekuensi untuk melakukan kewajiban2 selaku istri. Aku ingin memasakkan makanan untuk suami dan anakku, aku ingin menyiapkan pakaian suami dan anakku, aku ingin mengawal anak2ku untuk tumbuh dan berkembang,mendidiknya terutama dalam masa2 awal pembentukan pribadinya. Tetapi akupun tidak akan menyia2kan potensi yang ada pada diriku untuk mengembangkan diri dan memanfaatkannya untuk mendapatkan penghasilan juga.
Itulah yang kusebut mandiri dalam status sebagai istri..

Sabtu, April 11, 2009

Kenangan..

Long weekend kali ini aku mengurus rumah peninggalan papah di Jakarta,tempat aku pernah menempuh kenangan2 indah bersama papah semasa hidupnya.Aku dan mamah memutuskan untuk menjualnya dan menetap di Bandung saja.
Terlalu banyak kenangan indah disini,menjualnya bukan berarti mengubur semua kenangan itu, karena tidak akan pernah ada kenangan yang akan terkubur mati bersama kepergian papah, Insya Allah..


Pojok kamar tempatku biasa karaoke..




Kamar tidurku..



Ruang tempat papah biasa menasehatiku..



Ruang tempatku biasa melamun..

Senin, April 06, 2009

Golput ? Owh No. .

Aku orang yg selalu mempunyai pilihan,seburuk apapun hasilnya.Itulah yg kusebut sebagai prinsip.

Tahun ini pertama kali aku akan menggunakan hak pilihku.Aku tegas menyatakan bahwa aku tidak akan termasuk dlm jajaran Golput.
Aku sudah punya pilihan.
Namun sebagai seorang Inverse Thinker,aku mempunyai pilihan yg berbeda dgn umumnya gadis seusiaku. . :)

Yang jelas,aku tidak terjebak pada pemikiran sebagian besar orang yang merunut ke masa yg lewat.Pun tidak terjebak pada pemikiran sebagian besar orang yang terlalu mengacu pada kebesaran nama,pada fanatisme agama,dll etc. . :)

Jumat, April 03, 2009

Just a Lil Note from Me. .

Jangan pernah menulis untuk mendapatkan komentar,untuk pujian,untuk ngetop,untuk dilihat sbg orang pintar.
Namun,menulislah karena kita INGIN menulis. . Bukan karena PANDAI menulis.

Seseorang yg menulis untuk mencari pujian dan komentar,biasanya takut dan gentar untuk menulis di komunitas yg besar.
Maka catatan penuh kerendahan hati dariku kali ini, 'Lebih baik menjadi seorang yg kecil di sebuah komunitas besar,namun punya arti.Daripada mempunyai nama besar di sebuah komunitas yg kecil,namun tidak berkembang. .' :)

Tidak hanya dalam menulis,tapi dlm realita kehidupan sehari2 bisa kita terapkan.
Beranilah untuk melangkah ke dunia yg lebih luas,SEBAGAI DIRIMU SENDIRI.Maka kita akan dapati,bahwa kita masih BELUM PUNYA APA2 dibanding ratusan juta orang2 di luar sana.Itu akan membuat kita terus terpacu dlm berfikir untuk mengembangkan diri. . tidak hanya diam dan statis di sebuah lingkup yg kecil. .