Selasa, April 28, 2009

Perempuan Indonesia di Lintas Batas -part 1-

Nara sumberku bernama Emi Anisah, seorang gadis berusia 21 tahun (saat itu) dari sebuah Dusun di Purworejo.
Ia berangkat ke Malaysia sebagai TKW karena desakan ekonomi, dengan beban dua orang adik dan seorang ibu sakit-sakitan yang ditumpukan kepadanya.

Awal perkenalan kami berlangsung sekitar tahun 2007, ketika aku sedang dalam perjalanan pulang dari Terminal Bus Larkin di Johor Bahru City (JB) selepas mengecek purchasing songkok di usaha retailer kakekku di seputar Jalan Air Hitam.
Ia duduk tepat di sebelahku,dalam sebuah bus rute 207 yang melaju menuju Airport Senai, Johor bagian Selatan.
Mengenakan kacamata hitam - kacamata hitam adalah trade mark para TKI di Malaysia ketika itu – bercelana jeans dengan rumbay benang di ujung bawah kakinya,menyandang tas Adidas, dan sandal hak tinggi manik2 yang sedang trendy saat itu,awalnya ia bersikap ketus kepadaku.
Mungkin ia menganggapku seorang Malaysian atau Singapura..
Namun kekakuannya segera mencair ketika aku menyapanya dalam bahasa Jawa, “Badhe tindak pundi,mbak ?”
Ia langsung tertawa renyah dan kamipun berkenalan.

Bekerja di Mitsubishi,pabrik elektronik yang mengemas casing televisi produk Philips , Emi ditempatkan di Asrama Perindu, kala itu berupa tiga bangunan bertingkat 5 di Senai,yang berada di tengah2 hamparan tanah luas bekas areal perkebunan.
Kawasan tersebut saat itu terkenal dengan keangkerannya.Jika lewat jam 10 malam waktu Malaysia,berkeliaran banyak tenaga kerja pria illegal asal Bangladesh,yang sering melakukan tindak perkosaan kepada tenaga kerja wanita asal Indonesia dan Philipina.

Sejak perkenalan itu,kami menjadi akrab dan kadang2 pada hari Ahad/Minggu berjumpa di Terminal Larkin yang serupa rest area dengan tambahan toko2,rumah makan dan lobby di dalamnya.
Ia selalu sendirian saja, sama sepertiku.
Dan ia senang membuntutiku naik turun bus atau taxi.Biasanya ia kuajak ke toko buku,ke Pelangi mall,atau ke perbatasan Singapura.Walau kadang2 tidak nyambung karena keterbatasan pendidikannya,tapi ia mau belajar apa saja.
Biasanya aku mengajarinya sedikit percakapan sederhana dalam Bahasa Inggris, atau menceritakan isi buku yang kubeli dengan bahasaku sendiri.
Seringkali juga ia mentraktirku makan di Mary Brown Fried Chickens, atau ke Robby Store,membelikanku pernak pernik aksesoris.
Sungguh persahabatan yang indah tanpa memperdulikan latar belakang kami yang jauh berbeda…. Ia sangat mengistimewakanku,itu yang membuatku sangat terharu.
Awalnya aku mengira, mungkin ia kesepian.
Tapi setelah agak lama menyelami kepribadiannya, aku mendapati kalau kelihatannya ia lebih cerdas dari teman2 TKW lainnya, dan mempunyai prinsip kuat.. Itulah mungkin yang membuatnya lebih sering sendirian kesana kemari jika sedang offday/libur kerja.
Jauh berbeda dengan teman2 sesamanya yang nampak selalu bergerombol bila bepergian.

Darinya aku banyak menggali berbagai hal yang selama ini sangat ingin kuketahui.
Bukan hanya dari penuturannya,tetapi kadang2 ia mengajakku melihat sendiri, menyelami,dan berada di Asrama, berkenalan dan bergaul dengan para TKW yang berasal dari Jawa dan Palembang.
Kadang ia meminjamkan pakaian kerjanya agar aku bisa ikut menumpang dalam bus antar jemput secara gratis 

Tiga minggu mengenalnya, aku mulai mengetahui siklus kehidupan para TKW di asrama tersebut..Mereka bekerja secara shift dari pukul 08.00 sampai pukul 17.30 waktu Malaysia, Senin sampai Jumat.Hari Sabtu dan Minggu adalah offday.
Untuk mereka yang rajin, Sabtu dan Minggu dimanfaatkan untuk bekerja lembur di departemen lain, dengan upah 1.5 kali lipat dari hari biasa,dan dihitung per jam.
Namun untuk mereka yang senang bersantai, Sabtu dan Minggu adalah hari untuk berkencan  ,pergi berombongan ke berbagai tempat atau mall.

Usia mereka berkisar antara 19 - 27 tahun, dan banyak diantaranya yang sudah menikah di kampungnya.Dari cerita Emi aku menjadi tahu seperti apa teman2 angkatannya, kebiasaan mereka, bahkan sekali dua kali aku pernah diajak bergabung dan berbincang.
Emi mungkin hanya segelintir TKW yang betul2 serius bekerja untuk mencari uang, ia tidak punya handphone, tidak punya teman kencan, dan tidak modis. Murni bekerja, OT [overtime/lembur], pergi berjalan2 di hari weekend murni untuk refreshing mengusir kejenuhan dan rasa rindu kepada keluarga dan saudara di kampung halaman.Itulah salah satu alasan mengapa ia sering tampak sendirian.

Dari pergaulanku dengan teman2 TKW Emi lainnya,aku melihat banyak diantaranya yang memiliki handphone bagus, berdandan menor dan modis. Kadang kulihat mereka bergerombol di beberapa ruas jalan.
Mulanya aku tak tahu untuk apa dan mengapa para TKW itu berada disitu… karena gadis2 Malaysia sendiri jarang kulihat berkeliaran tanpa tujuan di jalan2. Apalagi untuk kota kecil seperti Senai, yang masih lebih banyak terdapat gadis berbaju kurung yang masih polos dan santun.Di mall, di food court, di terminal, selalu kulihat lebih banyak wajah2 Indonesia yang bergerombol dengan gaya atraktif.
Namun akhirnya aku tahu dengan sendirinya, mereka bergerombol disana untuk mencari teman kencan yang umumnya adalah Om2 Chinese yang berasal dari seputaran Pasir Gudang atau bahkan dari Singapura.
Kenyataan itu sangatlah mencengangkan, terlebih bagiku yang sebelumnya sangat pro dan menghargai perjuangan kaumku di luar negeri untuk menambah devisa Negara.
Itulah sebabnya jenis handphone yang di Indonesia harganya masih mahal sekalipun, bisa terlihat di genggaman para TKW, itu umumnya adalah pemberian para tauke Chinese untuk memudahkan komunikasi dan mengatur saat2 jumpa kencan.

Pada beberapa kesempatan berkunjung ke Asrama Emi, aku membaca papan berita dan info yang berada tepat di sebelah Pos Security di dekat gerbang masuk.
Suatu kali, aku melihat sebuah celana dalam wanita [maaf] ditempel disitu.
Di bawahnya tertulis nama seorang TKW Indonesia : S.Y. [kusingkat ya..].. dan tulisan di bawahnya sangat membuatku geram. Kenapa ?
Tertulis disitu kronologis penggerebekan di sebuah penginapan murah di Pecinan Johor Bahru City, lengkap dengan hari,tanggal,dan jam. Dan penggerebekan itu membuahkan hasil, ditemukannya seorang TKW bernama S.Y. sedang bergumul dengan seorang Chinese asal Singapura.Yang lebih menyesakkanku, tertulis disitu bahwa ternyata wanita tersebut sedang dalam keadaan hamil 2 bulan !
Dan celana dalam tersebut dipampang sebagai barang bukti.

Aku tidak tahu pasti bagaimana kelanjutan kasus tersebut, karena dua hari setelahnya aku kebetulan harus pulang dulu ke Indonesia.
Saat pulang, aku membawa banyak uang titipan dari Emi dan beberapa orang temannya untuk dikirimkan ke orangtua masing2 via wesel setibanya ku di Jakarta nanti.

Pada bagian dua tulisanku ini, aku akan menceritakan lebih jauh lagi tentang kehidupan TKW yang sebenarnya di Malaysia..
Tunggu ya..